Hajad Kawula Dalem Mubeng Beteng 1 Sura Ehe 1956 Masih Ditiadakan

Peringatan menyambut pergantian Tahun Baru Jawa 1 Sura Ehe 1956/1 Muharram 1444 H, masih digelar tanpa Lampah Mubeng Beteng. Memasuki malam 1 Sura, Abdi Dalem dan masyarakat Yogyakarta biasanya mengadakan Lampah Mubeng Beteng atau mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta. Prosesi tersebut dilakukan dengan berjalan kaki mengelilingi benteng keraton sembari tapa bisu atau tanpa berbicara sebagai sarana introspeksi diri. Sebagai gantinya, Abdi Dalem Keraton Yogyakarta menyelenggarakan doa bersama dan pembacaan macapat. Agenda ini hanya dihadiri oleh perwakilan Paguyuban Abdi Dalem dengan protokol kesehatan yang ketat.

KRT Wijayapamungkas menyampaikan bahwa prosesi Mubeng Beteng ditiadakan, namun diganti dengan doa bersama. “Prosesi mubeng beteng menyambut pergantian tahun baru Jawa atau malam 1 Sura masih ditiadakan mengingat suasana pandemi yang belum kondusif, masih perlu kehati-hatian. Sebagai gantinya diadakan prosesi doa bersama (umbul donga) dan pembacaan macapat, seraya memohon kepada Yang Mahakuasa agar setahun ke depan berjalan lancar dan pandemi ini lekas usai,” ungkap Kanjeng Wijayapamungkas selaku perwakilan panitia penyelenggara.

Suro 6

Agenda berlangsung di Kagungan Dalem Bangsal Pancaniti, kompleks Pelataran Kamandungan Lor (area Keben) pada Jumat Legi (29/07) mulai pukul 20.15 WIB. Diawali dengan lantunan tembang macapat bertema Kidung Tolak Bala. “Tembang macapat yang dibaca syairnya berisi doa, ada sekitar 10 tajuk tembang yang dilantunkan,” ungkap KMT Projosuwasono selaku Pengajeng Pamulangan Sekar Kridhamardawa. 

Jelang tengah malam, sekitar pukul 23.30 WIB, Mantu Dalem KPH Wironegoro hadir untuk membuka acara. Terakhir, agenda ditutup dengan doa awal tahun secara bersama-sama yang dipimpin oleh Kanca Kaji.

"Doa dipanjatkan dengan harapan hadirnya tahun 1956 Ehe, kawula Ngayogyakarta Hadiningrat selalu diberi kemudahan, keselamatan, dan selalu memperoleh lindungan dari Gusti Allah," tutup Kanjeng Wijayapamungkas. 

Suro 1