Peksi Burak, Sarana Peringatan Isra Mikraj di Keraton Yogyakarta

Puji-pujian untuk Kanjeng Nabi Muhammad SAW menambah suasana khidmat di Kagungan Dalem Serambi Masjid Gedhe. Di hadapan para jemaah, KRT Zhuban Hadiningrat selaku Pengirit Golongan Pengkaji Kitab dari Kawedanan Pengulon membacakan risalah perjalanan Isra Mikraj. Isra merupakan sebuah perjalanan rohani Nabi Muhammad SAW dari Masjidilharam di Kota Mekah menuju Masjidilaksa di Yerusalem, kemudian (Mikraj) dinaikkan ke langit ketujuh guna menerima wahyu untuk menjalankan ibadah salat. 

Kanjeng Zhuban saat membacakan risalah berbahasa Jawa, menerangkan peristiwa Isra Mikraj sebagai salah satu keutamaan, “Lelampahan Isrok lan Mi’roj-ipun Kanjeng Nabi SAW punika estu salah satunggaling lelampahan ingkang utami, saha gegambaranipun tumindak, lan budi ingkang awon lan nista tumrap ing masarakat ugi tumrap pribadinipun manungsa”. Dalam bahasa Indonesia, dapat dipahami bahwa peristiwa Isra dan Mikraj Nabi SAW (sebagai junjungan dan panutan umat manusia) sungguh merupakan salah satu tindakan yang utama, serta perwujudan (aneka gambaran) perbuatan, baik tindak budi pekerti luhur, juga tindakan buruk atau nista, (yang dilakukan) terutama di masyarakat juga sebagai pribadi manusia.

Pb 2

Selama melakukan perjalanan rohani Isra Mikraj, Kanjeng Nabi Muhammad SAW mengendarai wahana suci Buraq. Sebagaimana dalam risalah menyebutkan, “Sasampunipun punika, Kanjeng Nabi katuran nitih Buroq, satunggaling titihan ingkang rikatipun boten mekakat, jangkahipun sabuntasing pandulu lir lampahing kilat –Setelahnya, Kanjeng Nabi SAW diminta mengendarai Buroq, salah satu kendaraan yang kecepatannya tidak terukur, langkahnya seakan-akan seperti kilatan petir--.” 

Demikianlah cuplikan pembacaan risalah perjalanan Nabi Muhammad SAW saat peringatan Isra Mikraj pada Rabu Wage (07/02) atau 26 Rejeb Jimawal 1957, yang dimulai pukul 20.00 WIB. Pembacaan risalah tersebut juga disiarkan langsung melalui kanal YouTube Kraton Jogja. 

Pb 4

Peksi Burak, Miniatur Buraq di Keraton

Rabu Pagi sekitar pukul 09.00 WIB, sebelum pengajian pembacaan risalah di Masjid Gedhe berlangsung, Putra Dalem Putri GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, dan GKR Bendara berkumpul di Bangsal Sekar Kedhaton, kompleks Keputren. Tampak GBRAy Riya Kusuma BRAy Nuraida Joyokusumo, beberapa Sentana Dalem (kerabat) dari trah Sri Sultan HB VIII dan HB IX, serta sekelompok Abdi Dalem Keparak turut bersiap untuk nyengkuyung pelaksanaan Hajad Dalem Yasa (membuat) Peksi Burak (burung Burak). Semuanya saling berbagi tugas. Sebagian Putri Dalem merangkai pohon yang menjadi sarang burung Burak dan sebagian lainnya meronce bunga melati sebagai hiasan. Beberapa Sentana Dalem mengupas jeruk bali untuk dibentuk menyerupai badan burung Burak. Sementara, Abdi Dalem Keparak merangkai dedaunan dan bunga untuk menjadi 4 pohon bunga sebagai perlambang taman surga.

“Terdapat dua sangkar burung burak yang dibuat. Masing-masing berisi rangkaian buah-buah lokal dan di atasnya terdapat miniatur sepasang burung burak, jantan dan betina, sebagai perlambang kendaraan Nabi Muhammad SAW saat Isra Mikraj,” ungkap Nyi KRT Tedjonegoro selaku Penghageng Urusan Keputren.

Pb 3

Sekitar pukul 16.00 WIB, GKR Mangkubumi menyerahkan dua pohon buah dan empat pohon bunga yang telah selesai dirangkai kepada Abdi Dalem Kanca Kaji dan Suranata untuk didoakan. Tak lama berselang, rangkaian Peksi Burak diarak oleh Kanca Abrit dari Keputren menuju Kagungan Dalem Masjid Gedhe sebagai kelengkapan sarana malam pengajian pembacaan risalah Isra Mikraj. 

Seusai Mas Bekel Amat Taufik membacakan doa penutup, pengajian pembacaan risalah Isra Mikraj dibubarkan dan jemaah yang hadir diperkenankan melorod (mengambil) buah-buah yang ada di rangkaian Peksi Burak sebagai buah tangan. 

Pb 6

Pb 7