Keraton Yogyakarta Menyambut Lailatul Qadar

Tiap tanggal 20 Ramadhan, atau bulan Pasa pada penanggalan Jawa, Keraton Yogyakarta menyelenggarakan acara Malam Selikuran. Malam Selikuran adalah acara untuk menyambut lailatul qadar yang akan tiba pada sepuluh hari di akhir bulan Ramadhan. Namanya diambil dari kata selikur, yang berarti 21. Pada tahun 2017 ini, Malam Selikuran jatuh pada Kamis, tanggal 15 Juni.

Malam Selikuran kali ini dimulai pada pukul 17.00 di Bangsal Srimanganti. Acara dihadiri oleh perwakilan dari tepas-tepas dan kawedanan-kawedanan yang ada di Keraton Yogyakarta. Hadir pula KPH Yudohadiningrat dari Parentah Hageng, Nyi KRT Hamong Tejonegara dari Abdi Dalem Keparak, dan GKR Mangkubumi putri sulung Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10.

Acara dibuka oleh KRT Kamaludiningrat, kemudian diteruskan dengan waosan (pembacaan) Al-Quran oleh Ngabdul Ahmad Yusuf. Waosan Al-Quran diteruskan dengan tausiyah yang dilakukan oleh Ngabdul Wahab.

"Malam Likuran, atau tradisi selikuran, dapat diartikan sebagai sing linuwih ing tafakur, " ujar KMT Ngabdul Wahab dalam tausiyah tersebut.

Tafakur sendiri merupakan usaha untuk mendekatkan diri pada Gusti Allah. Karena itu tradisi Malam Selikuran diharapkan menjadi sarana pengingat agar memperbanyak sodaqoh, iktikaf, dan ibadah-ibadah lainnya dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Tradisi Malam Selikuran diyakini diperkenalkan oleh Wali Sanga sebagai sarana menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa. Agama Islam meyakini bahwa pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, terutama tanggal ganjil, akan tiba malam lailatul qadar. Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang dimuliakan oleh Allah melebihi malam-malam lainnya.

Acara kemudian diakhiri buka puasa bersama dengan secangkir teh manis yang telah dipersiapkan oleh Abdi Dalem Patehan. Semua yang hadir, undur diri sembari membawa sodaqoh dari keraton berupa nasi lengkap dengan lauk pauk dan buah-buahan.