Kuthomoro, Tradisi Keraton Memulai Ziarah di Bulan Ruwah

Keraton Yogyakarta memulai rangkaian upacara adat yang dinamakan Hajad Dalem Kuthomoro pada hari Minggu (29/4). Upacara ini dilakukan setiap tahun pada tanggal 13 Ruwah. Pada tanggal tersebut, Sri Sultan akan mengutus Abdi Dalem Kanca Kaji dan Suranata untuk mengirim ubarampe ke Kawedanan Pengulon. Ubarampe yang terdiri dari lisah konyoh (minyak wangi), ratus (serbuk kayu cendana), dan yatra tindih (uang untuk membeli bunga) kemudian digunakan untuk ziarah ke makam-makam Kagungan Dalem.

Sebanyak 400 paket ubarampe disiapkan oleh Abdi Dalem Keparak beberapa hari menjelang pelaksanaan Kuthomoro. Pada Sabtu (28/4) tanggal 12 Ruwah, ubarampe-ubarampe tersebut diinapkan semalam di Gedhong Prabayeksa. Hari Minggu keesokan paginya prosesi dimulai. Ubarampe diserahterimakan kepada Abdi Dalem Suranata dan Kanca Kaji di Bangsal Pengapit. Dari Bangsal Pangapit, sebanyak 330 bungkusan kecil ditata dalam sejumlah baki untuk diantar ke Kawedanan Pengulon. Sementara itu, sisanya diserahkan kepada para kerabat keraton yang hendak melakukan ziarah ke makam-makam leluhur setelah berlangsungnya Upacara Kuthomoro.

Pada hari Senin (30/4), sejumlah Abdi Dalem dari Kawedanan Pengulon mengantarkan langsung beberapa ubarampe ziarah ke Pasarean Kotagedhe dan dilanjutkan ke kantor Bupati Puralaya Imogiri. Upacara di dalam pasarean atau makam baru dilaksanakan pada hari Selasa (1/5).

Selain dua makam tersebut, terdapat total 58 makam Kagungan Dalem yang mendapat kiriman (kintunan) dari keraton melalui paket pos. Makam-makam tersebut tersebar di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, termasuk Grobogan, Magetan, dan Kertosono.

Disampaikan oleh salah satu penghulu keraton, KRT Yuban Hadiningrat, tradisi Kuthomoro yang dilaksanakan setiap bulan Ruwah ini bertujuan untuk mengirim doa kepada arwah para pendahulu Keraton Yogyakarta. Hal ini dipandang sebagai salah satu sikap hidup Jawa untuk selalu mengingat dan memuliakan leluhur. Lebih-lebih bulan Ruwah merupakan bulan sebelum dilaksanakannya ibadah puasa. Seluruh ubarampe yang dikirim tersebut berbau wangi. Simbol dari maksud untuk memuliakan, mengharumkan, dan menjunjung tinggi nama baik mereka yang sudah tiada

 


 

Dokumentasi prosesi Kuthomoro