Keraton Yogyakarta Memperkuat Kehadiran Budaya Jawa di Amerika

Sri Sultan beserta tim kesenian Keraton Yogyakarta tiba kembali dengan selamat di Yogyakarta setelah melakukan kunjungan kebudayaan ke Amerika Serikat pada tanggal 5-13 November 2018. Kunjungan ini dalam rangka memenuhi undangan dari Wesleyan University yang terletak di negara bagian Connecticut. Universitas ini telah membuka program musik dan tari Jawa sejak tahun 1960-an. Selain itu, Wesleyan University memiliki perangkat gamelan gaya Yogyakarta buatan Kota Gede yang masih aktif dimainkan hingga saat ini.

Pertunjukan pertama berupa wayang kulit purwa digelar pada 6 November 2018 di salah satu universitas terbaik dunia, Yale University, yang juga berada di negara bagian Connecticut. Pertunjukan wayang kulit dipilih bukan tanpa alasan. Yale University menyimpan koleksi wayang terbesar di Amerika Serikat. Sebagian besar koleksi merupakan donasi dari Alm. Dr. Walter Angst, peneliti dari Swiss yang pernah tingal di Jawa sekitar tahun 1970. Selama kurun waktu tersebut, Dr. Angst mengoleksi lebih dari 166 set wayang. Jumlah total wayang yang dikoleksinya mencapai lebih dari 20.000 karakter, semuanya berasal dari Jawa, Bali, dan Lombok.

Beksan Golek Menak Umarmaya-Umarmadi dan Wayang Topeng - Klana Sewandana Gandrung

Pertunjukan kedua digelar pada tanggal 9 November 2018 di Wesleyan University. Tim kesenian Keraton Yogyakarta membawakan tiga tarian: Wayang Topeng - Klana Sewandana Gandrung, Golek Menak Umarmaya-Umarmadi, dan Tari Bedhaya Sang Amurwabhumi. Dua dari sembilan orang penari yang membawakan tari Bedhaya ini adalah puteri pertama dan keempat Sri Sultan, yaitu GKR Mangkubumi dan GKR Hayu. Pertunjukkan dilanjutkan keesokan harinya dengan pementasan wayang golek menak dengan lakon Bedhah Kebar.

Di Wesleyan University, Sri Sultan disambut oleh Walikota Middleton, Connecticut, Daniel T. Drew, dan President Wesleyan University, Michael S. Roth. Dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan bersama dengan perwakilan dari Badan Kerjasama dan Penanaman Modal (BKPM) DIY bertemu dengan America-Indonesia Chamber of Commerse (AICC) untuk membicarakan sejumlah kerjasama dalam bidang agrikultur. Selain itu, Sri Sultan bersama dengan sejumlah akademisi dan Dinas Pendidikan DIY menghadiri simposium di Wesleyan University untuk membahas isu-isu terkait budaya, Islam, dan perkembangan masyarakat Jawa.

Pentas terakhir sekaligus puncak dari kunjungan ini dilangsungkan di Asia Society, New York, pada tanggal 12 November 2018. Materi yang dibawakan di pusat kebudayaan Asia ini merupakan tiga tarian yang sudah dipentaskan di Wesleyan University sebelumnya. Namun pada kali ini, gamelan dimainkan dengan kolaborasi antara KHP Kridhamardawa, warga Amerika, dan warga Indonesia di Amerika.

Bedhaya Sang Amurwabumi karya Sri Sultan Hamengku Buwono X

Lawatan budaya ke Amerika Serikat ini terlaksana melalui usaha panjang yang diprakarsai oleh pasangan GKR Hayu dan KPH Notonegoro. Mereka berdua sempat tinggal di Amerika Serikat pada tahun 2013-2017. Pada saat itu KPH Notonegoro bekerja di lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNDP di Kota New York, sedangkan GKR Hayu menempuh studi S2 di Fordham University di kota yang sama. Selama kurun waktu tersebut, GKR Hayu dan KPH Notonegoro aktif bermain gamelan dan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang tertarik untuk mempelajari budaya Jawa, termasuk Wesleyan dan Yale University.

KPH Notonegoro menyatakan, "Budaya Jawa dari Yogyakarta tidak kalah menarik dibandingkan dengan budaya negara lain yang bisa tampil di pusat-pusat kesenian dunia seperti di New York." Beliau berharap agar budaya adiluhung Yogyakarta bisa semakin dikenal di seluruh penjuru dunia.

Kehadiran Sri Sultan Hamengku Buwono X ke Amerika dianggap penting oleh Council on Southeast Asia Study di Yale University. Kunjungan ini dipandang sebagai dukungan terhadap pembelajaran seni budaya dan filsafat Jawa, yang dengan segala kearifannya diharapkan dapat berkontribusi untuk perdamaian dan dunia yang lebih baik.