Uyon-Uyon Adiluhung Senin Pon 4 Maret 2019

Uyon-Uyon Adiluhung merupakan acara yang rutin digelar setiap malam Selasa Wage untuk memeringati hari kelahiran (Wiyosan Dalem) Sri Sultan Hamengku Buwono X. Acara ini bersifat tertutup untuk umum namun disiarkan langsung melalui Youtube dan Periscope Kraton Jogja mulai pukul 21.00 dan juga melalui RRI Yogyakarta (Pro 1 & Pro 4).

Uyon-Uyon Adiluhung pada Senin Pon tanggal 4 Maret 2019 ini menyajikan tari Beksan Jebeng dan komposisi gendhing sebagai berikut:

  1. Gendhing Pambuka : Prabu Mataram
  2. Gendhing Soran: Gendhing Gondrong Laras Pelog Pathet Nem, Kendhangan Mawur
  3. Gendhing Beksan : Beksan Jebeng
  4. Gendhing Lirihan I: Gendhing Ngeksiganda Laras Pelog Pathet Nem, Kendhangan Sarayuda, Kendhang Satunggal
  5. Gendhing Lirihan II: Gendhing Udan Asih Laras Slendro Pathet Sanga, Kendhangan Jangga
  6. Gendhing Lirihan III: Gendhing Purwateja Laras Pelog Pathet Barang, Kendhangan Sarayuda
  7. Penutup: Ladrang Tedhak Saking Pelog Barang


Beksan Jebeng
, atau Tari Jebeng, mengambil nama dari properti yang digunakan dalam tarian tersebut, jebeng yang berarti tameng. Jebeng yang digunakan dalam tari ini memiliki bentuk menyerupai paduan antara tameng dan anak panah besar yang dihias dengan gambar tertentu. Biasanya, permukaan jebeng memiliki gambar Dewi Srikandhi dan Dewi Larasati.

Beksan Jebeng menggambarkan adegan peperangan antara beberapa raja di tanah Jawa melawan beberapa raja di tanah seberang, yaitu kerajaan Purwakencana. Pertempuran begitu sengit sehingga menimbulkan banyak korban dari kedua belah pihak. Atas kuasa Yang Maha Esa, kedua pihak disadarkan bahwa mereka ternyata masih bertalian saudara. Mereka selanjutnya mengadakan kesepakatan untuk tetap hidup rukun dan damai demi kemajuan bersama. Tari ini merupakan Yasan Dalem (peninggalan) Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Penampilan Beksan Jebeng kali ini didukung oleh empat orang penari, yaitu

  1. Raden Jajar Widodosilomatoyo (R. Mateus Widodo Andi Hantoro Indro, A.Md.)
  2. Mas Jajar Kuswolowignyomatoyo (Lantip Kuswala Daya),
  3. Raden Jajar Khoirokakhayatimatoyo (R Erwan Danukhoiro Gondohutomo),
  4. Inggar Bagus Wibisana, S.Ked.

Sementara itu, Gendhing Prabu Mataram yang digunakan sebagai gendhing pambuka merupakan gendhing pakurmatan (penghormatan) yang digunakan untuk mengiringi Miyos Dalem (kedatangan Sultan). Gendhing ini diciptakan oleh KRT Wiroguno pada awal masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939).