Srimpi Dhempel

Engge, sigra mangsah senopati ing Ngambarkustub
Sang Kusuma anenggih Sang Dyah Resmikin srumanabda;
“Sira sapa mapak ing prang, aja tambuh.”
“Hiya ingwang garwanira hiya risang maha Prabu Tarunadi Barussamsi 
Akekasih Hiya Sang Dyah Kusuma Joharinsiyah
Sira sapa methukake yuda ningwang.”

Selanjutnya, segera melawan panglima di Ngambarkustub,
Sang Dyah Resmikin lalu berkata;
“Siapa kamu menghalangiku di medan perang, jangan berpura-pura tak tahu.”
“Aku istri Prabu Barussamsi, bernama Sang Dyah Kusuma Joharinsiyah,
siapa kamu berani melawanku?”
(Syair sindhenan Srimpi Dhempel).

Sejarah

Jejak repertoar Srimpi Dhempel di Keraton Yogyakarta sudah ada sejak masa Sri Sultan Hamengku Buwono VI (1855-1877), dengan berpijak pada Serat Menak. Dalam perkembangannya, Srimpi Dhempel juga hadir pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII (1877-1921) dengan pijakan cerita yang berbeda, mengambil cerita Wayang Gedhog. Pada era Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939), Srimpi Dhempel kembali muncul dengan mengambil cerita Menak. Keterangan ini dapat dilihat dalam naskah B/S 24 koleksi Perpustakaan Kawedanan Kridhamardawa Keraton Yogyakarta. Naskah ini salah satunya memuat kandha (narasi) Srimpi Dhempel. Dalam tradisi tari di Keraton Yogyakarta, nama tari yang sama bisa memiliki pijakan cerita berbeda. 

Srimpi Dhempel 082022 04

Pada Uyon-Uyon Hadiluhung 15 Agustus 2022, Srimpi Dhempel yang ditampilkan merupakan Yasan Dalem atau ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Dua tokoh utama dalam Srimpi Dhempel ini adalah Dewi Joharinsiyah dan Dewi Resmikin. Alkisah, Dewi Joharinsiyah merupakan prajurit putri dari negeri Koparman, sedangkan Dewi Resmikin merupakan prajurit putri dari negeri Ngambarkustub. Dalam kisah Menak, negeri Ngambarkustub memiliki raja yang sifatnya tidak terpuji. Dia gemar menyerang kerajaan-kerajaan lain. Raja tersebut bernama Sashimik, yang kemudian menantang negeri Koparman. Raja Koparman menerima tantangan itu. 

Pecahlah peperangan antara negeri Koparman dan Ngambarkustub. Masing-masing memiliki prajurit, termasuk prajurit putri yaitu Dewi Joharinsiyah dan Dewi Resmikin. Perlawanan ini diinterpretasikan sebagai sebuah bentuk penaklukan satu sama lain.

Catatan mengenai Srimpi Dhempel dimuat dalam beberapa naskah yang tersimpan di Perpustakaan Kawedanan Kridhamardawa. Naskah-naskah tersebut antara lain:

  1. Serat Kandha Bedhaya utawi Srimpi kode B/S 17 dan B/S 24, yang memuat kandha Srimpi Dhempel.
  2. Serat Pasindhen Bedhaya utawi Srimpi kode B/S 19, yang memuat sindhenan Srimpi Dhempel.

Srimpi Dhempel terakhir kali dipentaskan lebih dari tiga puluh lima tahun lalu, tepatnya Jumat, 19 Desember 1986 dalam rangka penyajian kelas koreografi tari Jawa Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Sejak itu, tarian ini belum pernah dipentaskan lagi. Baru pada acara Uyon-Uyon Hadiluhung edisi 15 Agustus 2022, tari tersebut dihadirkan kembali. 

Iringan

Kata dhempel memiliki arti kempel araket atau melekat erat. Sedangkan penamaan dhempel dalam srimpi ini merujuk pada gendhing pengiring tarinya, yaitu Gendhing Dhempel. Urut-urutan komposisi iringannya antara lain sebagai berikut: Lagon Wetah Slendro Sanga, Ladrang Clunthang Dhandhanggula Slendro Sanga (untuk mengiringi kapang-kapang maju), Lagon Jugag Slendro Sanga, Kandha, Bawa Swara Sekar Tengahan Lonthang Slendro Sanga, Gendhing Dhempel Slendro Sanga Kendhangan Lahela (10 gongan), Ketawang Puspawarna Slendro Sanga, Lagon Jugag Slendro Sanga, Ladrang Prabu Dewa Slendro Sanga (untuk mengiringi kapang-kapang mundur), dan ditutup dengan Lagon Jugag Slendro Sanga. 

Srimpi Dhempel 082022 01

Busana dan Properti Tari

Dalam Uyon-Uyon Hadiluhung edisi 15 Agustus 2022, busana tarinya berupa rompi bludru warna hijau, sondher cindhe, serta nyamping atau jarik motif parang barong alit byur dengan pola seredan. Sedangkan, kepala mengenakan sanggul gelung sinyong, serta jamang ditambah bulu kasuari warna jingga yang dilengkapi dengan jebehan, jungkat, cundhuk mentul, sumping ron, godheg, dan subang. Aksesori yang dikenakan antara lain kalung sungsun tiga, kelat bahu, slepe, dan gelang. Penari menggunakan riasan bercorak jahitan.

Properti yang digunakan dalam Srimpi Dhempel adalah pistol yang diselipkan pada sondher masing-masing penari. Pistol ini digunakan sebagai senjata peperangan Dewi Joharinsiyah dan Dewi Resmikin. Kehadiran pistol menunjukkan pengaruh budaya Eropa yang hadir di Keraton Yogyakarta. Penggunaan pistol disebutkan dalam sindhenan Srimpi Dhempel sebagai berikut:

… Prawira ing rananggana
Samya mawas ing pangikswa 
Nyipat kestul kalih ira…

Prajurit dalam medan perang
Sama-sama berjaga dalam pandangan
(keduanya) mengincar dengan pistol masing-masing.

Srimpi Dhempel 082022 02

Ragam Gerak

Secara umum, struktur sajian repertoar srimpi terdiri dari tiga bagian, yaitu maju gawang/kapang-kapang majeng (penari memasuki area pertunjukan), tarian pokok, mundur gawang/kapang-kapang mundur (penari meninggalkan area pertunjukan). Tarian pokoklah yang menggambarkan inti cerita repertoar srimpi. Jika ceritanya tentang perang antara dua tokoh, tarian pokok akan diakhiri dengan adegan perang. 

Ragam gerak Srimpi Dhempel tidak memiliki kekhasan. Sembahan pertama dilanjutkan dengan gerakan mapan ngenceng seblak pacak jangga. Berturut-turut gerakan selanjutnya adalah ngenceng ngembat tengen ukel tengen, ngenceng seleh kiwa ngembat kiwa, ngenceng ongkek kiwa, nglayang, nyembah, dan jumeneng. 

Gerak lainnya adalah mapan tawing kiwa, nyamber, kicat, pendapan, nyangkol udhet, kengser tumpang tali, ongkek, perangan dengan menggunakan kestul (pistol) kengser minggir, dan mapan kestul sareng. 

Dalam tarian ini, tidak ada tokoh yang menang ataupun kalah. Keduanya memiliki kekuatan seimbang. Hal ini sejalan dengan falsafah orang Jawa bahwa tari srimpi yang bertema perang merupakan simbol pertarungan tanpa akhir antara kebaikan dan kejahatan di alam semesta. Keadaan ini selalu melekat dalam kehidupan manusia.

Srimpi Dhempel 082022 03


Daftar Pustaka

Kagungan Dalem Serat Beksa Bedhaya utawi Srimpi (B/S 7), Koleksi Kapustakan Kridhamardawa, Keraton Yogyakarta.
Kagungan Dalem Serat Kandha Bedhaya utawi Srimpi (B/S 17), Koleksi Kapustakan Kridhamardawa, Keraton Yogyakarta.
Kagungan Dalem Serat Pasindhen Bedhaya utawi Srimpi (B/S 19), Koleksi Kapustakan Kridhamardawa, Keraton Yogyakarta.
Kagungan Dalem Serat Kandha Bedhaya utawi Srimpi (B/S 24), Koleksi Kapustakan Kridhamardawa, Keraton Yogyakarta.
Anna Sunarti. 1986. Naskah Tari Srimpi Dhempel. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.
Anna Sunarti. 1989. Bentuk Penyajian Serimpi Dhempel Gaya Yogyakarta Versi Kridha Beksa Wirama. Tugas Akhir. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.
Arif E. Suprihono. 1995. Tari Srimpi: Ekspresi Budaya Para Bangsawan Jawa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Isti Nureni. 1999. Kahar Kusmen Sang Pangeran Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
Jennifer Lindsay, dkk. 1994. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2 Kraton Yogyakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
MW Susilomadyo. 2022. Naskah Iringan Srimpi Dhempel Jugag Ayahan Selasa Wagen 15 Agustus 2022. Yogyakarta: KHP Kridhamardawa Keraton Yogyakarta.
https://www.sastra.org/bahasa-dan-budaya/kamus-dan-leksikon/ diakses pada 3 Agustus 2022
Wawancara dengan MB Kayun Sumekto pada 4 Agustus 2022
Wawancara dengan Nyi Mas Riyo Murtiharini pada 31 Juli 2022