Image page cover

KRT Sinduhadiningrat, Wakil Penghageng Kawedanan Puraraksa: Keraton Aman dan Tangguh Bencana

Sebagai anggota legislatif daerah Kota Yogyakarta, RM Sinarbiyatnujanat tentu sangat sibuk. Namun demikian, ia tetap bersemangat untuk menyumbangkan tenaga dan kemampuannya demi kemajuan Keraton Yogyakarta. Saat ini ia menjabat sebagai Wakil Penghageng Kawedanan Puraraksa. Kawedanan ini bertanggung jawab atas keamanan dan protokol di lingkungan istana.  

RM Sinarbiyatnujanat merupakan Sentana Dalem atau kerabat dekat keluarga keraton. Ia adalah cicit Sri Sultan Hamengku Buwono VII dari garis ayah, dan cicit Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dari garis ibu. “Jadi saya sejak kecil memang tidak asing (dengan keraton). Dulu sering diajak bapak sowan ke keraton. Sejak masih anak-anak lah,” ujarnya. Wajar, bila kemudian ia sangat memahami adat-istiadat keraton.  

Pada tahun 2012, ia ditawari salah satu pamannya untuk menjadi Abdi Dalem. “Karena memang saat itu, dan saat ini tentunya, keraton membutuhkan regenerasi. Tentu yang lebih diprioritaskan adalah para Dharah Dalem yang masih keluarga, atau trah HB.” Hal tersebut lebih berkaitan dengan kewajiban moral anggota keluarga kerajaan untuk turut menyangga keraton. 

Setelah menerima tawaran tersebut, ia diwisuda secara resmi sebagai Abdi Dalem dan dianugerahi Nama Paring Dalem Sinduhadiningrat serta pangkat awal Raden Wedana. Ia ditempatkan di Kawedanan Radya Pusaka yang bertugas menjaga dan merawat pusaka keraton. 

Kanca Pusaka biasanya sowan ke keraton dua hari berturut-turut setiap selapan (35 hari). Mereka memeriksa pusaka dan menentukan mana yang perlu dibersihkan, dicuci, diminyaki, atau diperbaiki. “Selain juga tentu menginventarisir pusaka-pusaka yang ada. Jadi Pusaka-pusaka Dalem ini untuk saat ini sudah relatif terinventarisir atau tercatat dengan baik. Jadi tidak ada kekhawatiran-kekhawatiran lagi terkait pusaka-pusaka yang mungkin hilang, ketlingsut, mungkin tidak tahu di mana letaknya,” jelasnya.  

Waktu berjalan, ia kembali mendapat penawaran. Kali ini untuk menjabat Wakil Penghageng di Kawedanan Puraraksa. Selain untuk mengisi jabatan yang kosong, lagi-lagi tawaran itu memiliki tujuan regenerasi. Saat itu, KRT Sinduhadiningrat menyatakan ketidaksanggupannya mengingat waktu itu ia adalah anggota legislatif Provinsi DIY dengan jadwal kerja yang tak menentu. Sementara, jabatan Wakil Penghageng memerlukan keberadaannya di keraton setiap hari. Untungnya, penghageng memberinya kelonggaran. Ia tidak harus hadir setiap hari namun berupaya mengatur waktu sehingga tugas di dua instansi tetap berjalan dengan baik.  

Sebagai Wakil Penghageng, ia mendapatkan kenaikan pangkat secara mirunggan (khusus). Pada 2012, ia berpangkat wedana, kemudian pada 2019 ia naik menjadi riya bupati. Selanjutnya secara cepat, kurang lebih setahun sekali, ia naik menjadi bupati anom, bupati sepuh, bupati kliwon hingga bupati nayaka. 

Meski sudah menjabat di Kawedanan Puraraksa, ia masih sering membantu Kanca Pusaka apabila diperlukan. 

Day2 Figur November Web 2 02 Small

Menjaga Keamanan Keraton Yogyakarta 

Kawedanan Puraraksa membawahkan empat urusan, yaitu pecaosan (penjagaan gerbang keraton), security, protokol, dan Nrang Dahana sarta Bancana (penanggulangan bencana). Begitu bergabung dengan Puraraksa, KRT Sinduhadiningrat segera memperbaiki manajemen di kawedanan tersebut. Menurutnya, masih banyak hal yang selama ini kurang diperhatikan, salah satunya pecaosan. “Sebetulnya Kanca Caos ini menjadi garda terdepan sebagai penjaga pintu masuk di cepuri keraton, sehingga tentu butuh edukasi,” ujarnya. KRT Sinduhadiningrat mengupayakan agar para penjaga pintu gerbang ini profesional, ramah, dan paham apa yang harus dilakukan. 

Nrang Dahana sarta Bancana juga perlu dievalusi karena sebelumnya tidak mendapat banyak penguatan. Terlebih kawasan keraton termasuk kategori rawan bencana. “Keraton harus bergerak cepat untuk menjadi keraton tangguh bencana,” jelas KRT Sinduhadiningrat, “Ini juga butuh waktu dan butuh proses karena rata-rata Abdi Dalem di keraton sudah sepuh, sementara (jika) bicara kebencanaan, ini butuh orang-orang masih kuat, masih segar, karena butuh reaksi cepat jika terjadi sesuatu.” 

Dengan SDM yang ada, KRT Sinduhadiningrat mencoba mengupayakan yang terbaik dengan harapan, jika terjadi situasi darurat, seluruh Abdi Dalem Puraraksa dapat mengambil langkah awal sebelum bantuan dari luar datang.  

Di Puraraksa, KRT Sinduhadiningrat tidak memiliki jadwal harian, tetapi yang pasti ia datang setiap seminggu sekali, biasanya hari Sabtu. Di luar itu, ia datang ke keraton selama jadwalnya memungkinkan. “Jika tidak ada hal yang sifatnya urgen, saya biasanya sowan atau menyempatkan diri untuk sowan ke keraton,” terangnya. 

Selain menjalankan urusan rutin, ia terkadang menjalankan dhawuh dari Para Gusti. “Pernah juga beberapa kali ada persoalan internal terkait Kanca Abdi Dalem, terkait kedisiplinan dan lainnya.” Perintah-perintah semacam ini bersifat insidental, situasional, dan kondisional.

Wakil Rakyat dan Wakil UMKM

KRT Sinduhadiningrat terpilih sebagai anggota DPRD Kota Yogyakarta periode 2014-2019, lalu terpilih kembali sebagai anggota DRPD Provinsi DIY periode 2019-2024. Dalam dua periode itu, ia duduk di Komisi B yang membidangi perekonomian dan keuangan. Komisi tersebut memayungi sektor pariwisata, UMKM, perindustrian, perdagangan, pertanian, perikanan, dan lain sebagainya. Kedudukan tersebut sesuai dengan latar belakangnya sebagai pengusaha UMKM batik. Ia tergabung dalam banyak kelompok UMKM dan mendapat banyak dorongan dari para pengusaha UMKM untuk menyampaikan suara mereka kepada pemerintah. Hingga hari ini, ia tetap fokus di dunia UMKM. Mulai 2024, ia bahkan menjabat sebagai Ketua Kerukunan Tani DIY. 

Sebagai Abdi Dalem, sacara otomatis ia menjadi semacam jembatan antara keraton dan pemerintah daerah. “Tentu menjadi kewajiban saya untuk bisa menyampaikan dan juga bisa menjaga arah kebijakan pemerintah Kota Yogyakarta agar tidak bersinggungan atau bertabrakan dengan arah kebijakan keraton.” 

Dengan jadwal yang begitu padat, KRT Sinduhadiningrat nyaris tak punya waktu luang, tetapi waktu kosongnya selalu ia usahakan untuk keluarga. Kebetulan, kedua anaknya, semuanya perempuan, sudah dewasa. Si sulung tengah kuliah S2 di Jakarta, sedangkan si bungsu kuliah S1 di Yogyakarta. “Relatif tinggal saya dengan istri saja (yang sering di rumah). Tapi adakalanya saat-saat tertentu untuk bersama-sama. Biasanya kuliner saja lah,” katanya. Beruntung, keluarga tak pernah keberatan dengan semua aktivitasnya. “Saya pikir kedua anak saya dan istri saya sangat mendukung, sangat men-support dan juga merasa bangga bapaknya di waktu-waktu yang sudah sangat padat aktivitas di luar, tapi masih menyempatkan untuk mengabdi di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.”

Ia sendiri menggemari olahraga, seperti sepakbola dan voli. “Tapi karena sudah usia begini dan tidak ada waktu, sekarang penikmat.” Ia mengaku selalu berusaha menonton bila tim sepabola Kota Yogyakarta PSIM bermain. Ia juga menyempatkan menyaksikan pertandingan voli Proliga bila kebetulan digelar di Yogyakarta. Demi kesehatan, ia menyempatkan diri untuk jalan kaki pagi seminggu dua kali. “Sekaligus refreshing,” ungkapnya.  

Keraton Yogyakarta Tanggap Bencana

Mengabdi di keraton rupanya memberikan banyak kekuatan spiritual kepada KRT Sinduhadiningrat dalam beraktivitas. “Saya kira di keraton ini secara batiniah kita bisa merasakan yang mungkin tidak kita rasakan di luar. Mungkin itu nggak bisa kita ceritakan, tapi ada suasana yang memang berbeda yang kita rasakan di dalam keraton ini. Itu yang menjadi spirit hidup saya.”

Sebagai Wakil Penghageng II, ia merasa selalu punya PR untuk terus meningkatkan keamanan keraton. “Menjadi cita-cita saya ya, setiap regol (gerbang) Keraton Yogyakarta bisa terjaga oleh Abdi Dalem Caos dengan baik lebih tertib, lebih profesional sehingga ke depan tidak ada lagi orang yang tidak semestinya bisa masuk wilayah Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.”

PR-nya yang kedua adalah mewujudkan Keraton Yogyakarta tanggap bencana. “Dua PR itu bagi saya cukup membebani diri saya selama saya di Kawedanan Puraraksa, yang masih butuh waktu untuk terus-menerus saya monitor dan saya evaluasi.”

Di sisi lain, menjadi Abdi Dalem mendatangkan kebanggaan tersendiri baginya mengingat Keraton Yogyakarta merupakan salah satu kerajaan Nusantara yang masih eksis dan diakui oleh pemerintah Indonesia, negara lain, bahkan PBB. “Ini sangat mengharukan bagi saya. Artinya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat memang betul-betul masih diakui oleh dunia, oleh negara. Tentu saya sebagai Abdi Dalem, sebagai Dharah Dalem, merasa terharu juga.” Kebanggaan itu tidak berhenti pada kebanggaan semata, tetapi menjadi penyemangat untuk menunaikan kewajiban moral demi melestarikan kelembagaan keraton. 

Ia mengingatkan bahwa Yogyakarta memiliki kebudayaan yang bernilai tinggi dan mengandung pelajaran positif. “Banyak muatan-muatan budaya Karaton Ngayogyakarta yang bisa menjadi pembentuk karakter anak-anak muda kita, berkaitan dengan sopan santun, ungguh-ungguh, tata krama, tata berperilaku,” cetusnya. Oleh karena itu, Abdi Dalem yang tinggal di kawasan Pugeran Timur ini mendorong para generasi muda untuk tidak alergi terhadap budaya sendiri. 

Ia yakin penerapan unggah-ungguh ini akan secara otomatis berimplikasi pada terciptanya akhlak mulia. “Seperti saya waktu kecil diajarkan dengan adik saya sendiri saja saya itu berbahasa krama halus. Artinya di situ mengajarkan bahwa menghormati dengan sesama itu tidak hanya dengan yang lebih tua. Kita tidak boleh membeda-bedakan.”

KRT Sinduhadiningrat telah membuktikan bahwa selama kita mau, kita pasti bisa memberi sumbangsih terhadap kelestarian budaya.