Uyon-Uyon Hadiluhung Senin Pon 14 September 2020

Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali menggelar Uyon-Uyon Hadiluhung untuk memperingati hari kelahiran (Wiyosan Dalem) Sri Sultan Hamengku Buwono X. Agenda ini rutin diadakan setiap bulan pada Senin Pon malam Selasa Wage.

Pada Senin Pon 14 September 2020 mendatang akan menyajikan komposisi gendhing dan Beksan Kuda Gadhingan. Terkait situasi pandemi, pergelaran kali ini masih akan digelar tanpa reservasi dan penonton. Meski demikian, Uyon-Uyon Hadiluhung tetap dapat disaksikan melalui siaran langsung (live streaming) di kanal Youtube dan Periscope Kraton Jogja mulai pukul 20.00 WIB.

Komposisi Gendhing :

  1. Gendhing Pambuka : Ladrang Prabu Mataram Laras Slendro Pathet Sanga
  2. Gendhing Soran : Gendhing Lokananta Bandholan Laras Pelog Pathet Enem, Kendhangan Ladrang Bandholan, Kendhang Setunggal
  3. Beksan Kuda Gadhingan
  4. Gendhing Lirihan I : Gendhing Sumbaga Laras Pelog Pathet Enem, Kendhangan Sarayuda
  5. Gendhing Lirihan II : Gendhing Jatiningsih Laras Slendro Pathet Sanga, Kendhangan Candra
  6. Gendhing Lirihan III : Gendhing Rasamadu Laras Pelog Pathet Barang, Kendhangan Sarayuda
  7. Gendhing Panutup : Ladrang Tedhak Saking Laras Pelog Pathet Barang

Sinopsis Beksan Kuda Gadhingan

Beksan Kuda Gadhingan merupakan Yasan Dalem (karya) Sri Sultan Hamengku Buwono V (1823-1855). Beksan ini mengambil kisah roman Panji dalam Ringgit (Wayang) Gedog, tentang peperangan antara Raden Kuda Gadhingan, patih atau senopati Panji Asmarabangun dari Kerajaan Jenggala melawan Patih Mondra Sudira, patih Prabu Dasalengkara dari Kerajaan Pudhak Sategal, untuk memperebutkan Dewi Candrakirana, yang dipercaya sebagai titisan Dewi Angraeni.

Beksan Kuda Gadhingan dibawakan oleh 10 penari putra dengan dua karakter; pancer dan sipat. Pancer terdiri dari dua penari dan sipat terdiri dari delapan penari. Masing-masing pancer memiliki empat penari sipat. Sementara properti tari yang digunakan adalah bindi untuk tokoh Raden Kuda Gadhingan (protagonis), dan gada untuk tokoh Patih Mondra Sudira (antagonis).

Beksan ini memiliki pola lantai Tunjung Teratai, yakni menjadi tata gelar ketika enjeran, dimana pola ini menyerupai megar mingkup (mengembang dan menutup) sebuah bunga. Untuk membentuk Tunjung Teratai, para penari menggunakan gerak lampah sekar sebagai acuan untuk berputar.

Ciri lain dari Beksan Kuda Gadhingan terletak pada penggunaan gendhing bedhayan kemanakan, yang diperkaya dengan instrumen gamelan khusus berupa klinthing robyong bernama Sekar Delima. Gendhing tersebut biasanya digunakan dalam tari bedhaya. Dalam beksan ini, gendhing kemanakan digunakan untuk menggambarkan suasana sebelum maju perang.

Penampilan Beksan Kuda Gadhingan kali ini didukung oleh :  

Paraga

  1. RJ Pulungronggomatoyo
  2. MJ Hanisputraamongmatoyo
  3. MJ Harismatoyo
  4. MJ Panggahmatoyo
  5. Ilham Cahya Ramadhan
  6. Hanif Joaniko Putra
  7. Lintang Ayodya
  8. Ganggas Hatma Pramudita
  9. Okky Bagas Saputra
  10. Benny Harminto, S.Sn

Bela :

  1. MJ Bayupujimatoyo
  2. Warih Sungging

Pemucal Beksa :

  1. RW Widodomondro
  2. RW Brotoatmojo
  3. MP Dwijo Suwanto

Panata Gendhing : RP Ngeksibrongto

Pengendhang : RP Ngeksibrongto

Pengeprak : KMT Suryawaseso

Pemaos Kandha : RW Widodomondro

Panata Busana : KRT Suryoamiseno

Produser : RJ Jalupronomatoyo