Journey Experience Symphony, Sinergi Apresiasi Yogyakarta Royal Orchestra dan PT KAI

Dalam suasana Lebaran dan masa mudik yang masih berjalan, PT KAI Daop 6 Yogyakarta menyelenggarakan acara spesial bertajuk Journey Experience Symphony. Mengambil tema "Beyond Sound, Beyond Experience, Beyond the Journey”, PT KAI mengundang Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) Keraton Yogyakarta untuk menggelar pertunjukan musik di Plaza Timur Stasiun Tugu, Rabu (9/4) malam. Di depan fasad stasiun yang ikonik, satu set panggung ditata dengan artistik. 

Sekitar pukul 19.00 WIB, kursi penonton mulai terisi, sementara dari belakang panggung muncul satu persatu paraga berbusana merah-kuning dengan bawahan jarik nuansa cokelat. Mereka adalah 38 musikus dan 25 penyanyi paduan suara Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) yang siap menghibur pegawai serta penumpang Kereta Api Indonesia (KAI). 

Desain Postingan 1

Di antara para tamu undangan, terdapat pejabat-pejabat pemerintahan Kota Yogyakarta, antara lain perwakilan Wali Kota Yogyakarta, Kapolresta, Komandan Resimen Militer, perwakilan Kepala Kejaksaan Tinggi, Kepala Dinas Pariwisata, Kepala Dinas Perhubungan, dan lain-lain. Mewakili keluarga besar Keraton Yogyakarta, hadir GKR Hayu, KPH Purbodiningrat, dan KPH Notonegoro. 

Dalam sambutannya EVP Daop 6 Yogyakarta Bambang Respationo mengungkapkan pada masa lebaran kali ini Daop 6 Yogyakarta mengoperasikan 17 kereta api tambahan, termasuk angkutan motor gratis.  Secara kumulatif, sejak 21 Maret- 8 April 2025 Daop 6 telah memberangkatkan 465.000 penumpang dan menerima kedatangan 513.000 penumpang. 

Desain Postingan 2

"Penyelenggaraan acara Journey Experience Symphony merupakan upaya kami khususnya KAI Daop 6 Yogyakarta untuk memberikan pengalaman perjalanan yang berbeda dan tentunya spesial bagi para pelanggan. Terima kasih telah memilih kereta api sebagai moda trasnportasi di masa Angkutan Lebaran 2025," kata Bambang, seperti tertulis dalam siaran pers. 

Sebagai apresiasi, malam itu, PT KAI Daop 6 memberikan penghargaan bagi pegawai teladan, mitra kerja, komunitas pecinta kereta api, dan penumpang loyal. 

Desain Postingan 4

Delapan Lagu Istimewa

Dalam pentas Journey Experience Symphony, YRO yang dipimpin oleh konduktor Mas Wedana Widyogunomardowo menghadirkan delapan lagu berbahasa Jawa dan Indonesia. Menurut Mas Lurah Widyotantomardowo, Abdi Dalem Musikan yang menjadi pimpinan produksi pertunjukan kali ini, repertoar dipilih dengan pertimbangan aspek hiburan dengan tetap mempertahankan identitas musik tradisional Jawa serta nilai sejarah.  

Sebagai persembahan pembuka, YRO menghadirkan Walang Kekek dan Gethuk. Kedua lagu yang pernah dipopulerkan oleh penyanyi Waldjinah tersebut dinyanyikan dengan apik oleh solois putri Win Yovina Thopandi. 

Desain Postingan 5

Tanjung Perak yang disajikan duet oleh Wina dan solois putra Brian Prasetyoadi membuat suasana makin meriah, disusul Jangkrik Genggong yang dibawakan dengan rancak oleh Brian. 

Di sesi berikutnya, pesinden Nyi Mas Bekel Larasati membius penonton dengan suaranya yang jernih lewat dua lagu Jenang Gula dan Lela Ledhung. Perpaduan orkestra dan cokekan (gamelan dengan instrumen gender dan siter) membuat dua lagu ini terdengar unik dan magis. 

Desain Postingan 6

Pada sesi terakhir dua lagu ikonik Sepasang Mata Bola dan Yogyakarta (Geronimo) ditampilkan oleh paduan suara dengan solois Brian Prasetyoadi. Lagu Sepasang Mata Bola yang terdengar nyaris sepanjang waktu di Stasiun Tugu dalam versi keroncong, malam itu terlantun dalam format orkestra yang megah sekaligus menyentuh. Sementara lagu Yogyakarta yang legendaris membuat penonton ikut bernyanyi. 

Tanah Airku menjadi lagu penutup yang menggetarkan perasaan. Apalagi, YRO mengajak semua penonton berdiri dan bernyanyi bersama. 

Desain Postingan 7

Momen Istimewa

Sepanjang pertunjukan, nyaris semua penumpang Kereta Api yang kebetulan melintas berhenti sejenak untuk menonton dan mengabadikan momen langka ini. Para penumpang yang berada di dalam kereta pun melakukan hal yang sama. 

Tak dapat dimungkiri, konsep pertunjukan ini memang sangat unik dan belum tentu terulang lagi. 

Intan, keluarga pegawai KAI yang menyaksikan pertunjukan malam itu menyampaikan pujian, “Bagus, cuma kurang lama,” komentarnya seraya tertawa kecil. Tanjung Perak dan Yogyakarta menjadi lagu favoritnya malam itu dan ia berharap YRO makin sering tampil. 

Sementara Arif, tickteting officer PT KAI mengungkapkan kekaguman senada, “Speechless, bagus banget, merinding.” Arif baru pertama kali ini menyaksikan penampilan YRO. Sebelumnya ia pernah berencana menonton, tetapi gagal mendapat tiket. Siapa sangka, YRO justru menggelar pertunjukan di tempatnya bekerja. Tentu ini menjadi kejutan luar biasa untuknya.  

Desain Postingan 8

Harmoni Musik dan Deru Kereta

Mas Lurah Widyotantomardowo menuturkan, “Konser ini istimewa terutama menyangkut momen, momen lebaran di mana (terjadi) kesibukan mudik. Kemudian dipilih lokasi yang menjadi (pusat) moda transportasi penting dalam proses mudik itu dan juga punya nilai sejarah.”

Selain jadwal YRO yang cukup padat pada bulan April, tantangan lain yang harus diatasi, menurut Mas Lurah Widyotantomardowo adalah keramaian atau noise khas stasiun. “Tapi kembali lagi pada aturan. Di sini memang harus seperti itu. Sudah jadi SOP. Moda transportasi kereta api, ada klakson, dan informasinya.” Semua SOP itu bersifat mutlak demi keselamatan semua orang sehingga tidak bisa dikompromikan. “Sehingga tantangannya adalah memberi pemahaman pada paraga bahwa situasi konser ini berbeda dari situasi konser yang sebelumnya. Jadi teman-teman bisa lebih fokus, lebih mendengarkan satu sama lain,” lanjutnya. 

Desain Postingan 9

Tim teknis sangat memahami kondisi tersebut dan mengambil tindakan antisipasi. Mereka berupaya ekstra demi memastikan suara yang dihasilkan ramah di telinga pendengar, “(Kami harus) membesarkan volumenya sampai pada tingkat tertentu sehingga tetap terdengar nyaman dengan kebisingan di sekitar, tetapi tidak menimbulkan efek yang tidak nyaman, misalnya (bunyi) ngiiing, feedback dan sebagainya.” 

Menguatkan pernyataan Mas Lurah Widyotantomardowo, Wina mengungkapkan ia sudah diwanti-wanti untuk fokus. Namun, saat pementasan, ia mendapati bunyi-bunyian tambahan tersebut justru menambah keunikan. “Malah seru, kayak pengalaman baru,” ujarnya. Vokalis yang baru setahun bergabung dengan YRO ini mengungkapkan harapannya agar YRO terus berkarya. “Selalu berkarya dan menuju ke kancah internasional, membawa kebudayaan Yogyakarta dan keraton. Selalu aktif dan lebih banyak lagi peminatnya, dari mancanegara kalau bisa.”

Brian juga mengakui agenda YRO yang padat membuat para paraga harus berbagi fokus. Konsekuensi lain adalah waktu latihan mereka untuk konser kali ini sangat terbatas. Namun, profesionalisme setiap anggota YRO mampu mengatasi hal ini. “YRO punya chesmistry sendiri. Saat kita berkumpul dengan aransemen yang sudah disiapkan, biasanya kami langsung tuned. Ya, pasti ada sedikit penyesuaian, tapi latihan berikutnya pasti sudah tuned,” kata Brian. 

“Mungkin belum pernah terjadi di mana pun pagelaran orkestra, dan ini YRO (tampil) di stasiun. Ini jadi pengalaman yang baru dan spesial bagi saya pribadi dan Yogyakarta Royal Orchestra,” ungkap Brian.

Desain Postingan 10

Sepasang Mata Bola menjadi repertoar favorit Brian karena baginya lagu ini memiliki makna luar biasa. “Seperti kita sedang menunggu seseorang. Kalau zaman dulu, orang nunggu orang turun dari kereta sehabis (mereka) berjuang. Pulang atau tidak. Datang atau tidak. Kebetulan juga (lagu ini) dibawakan di Stasiun Yogyakarta, yang biasanya kita dengar setiap kita akan bepergian naik kereta.”

Malam itu, Journey Experience Symphony telah mengantar banyak orang menuju pengalaman baru yang lebih bermakna, melampaui nada-nada dan perjalanan itu sendiri.