Kenalkan Kiprah Permaisuri Yogyakarta: Pameran Parama Iswari Diboyong ke Jakarta

Kisah panjang atas kiprah GKR Sultan dan GKR Kencono menghiasi I News Tower Jakarta yang dilaksanakan selama dua hari pada Jumat-Sabtu (25-26/04). Penjenamaan ‘Parama Iswari: Mahasakti Keraton Yogyakarta’ yang sukses mengundang decak kagum di Keraton Yogyakarta pada tahun 2024 kemudian dibawa ke Jakarta melalui permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono VI dan Sri Sultan Hamengku Buwono VII tersebut. Parama Iswari mengajak seluruh pengunjung untuk menilik kembali peranan perempuan di Keraton Yogyakarta. Kisah dan kiprahnya dalam beragam bidang menjadi sebuah upaya jalan inspirasi banyak perempuan untuk terus bersinergi. 

Desain Postingan 5

Pameran ini menyajikan hasil karya atas kinerja serius dari GKR Sultan dan GKR Kencono dalam banyak bidang. GKR Sultan piawai dalam menulis yang kemudian melahirkan banyak naskah, seperti: Serat Nitik Sultan Agung dan Serat Manikmaya. Dedikasi GKR Sultan dalam menulis dilaksanakan untuk revolusi mental yang dikatakan ambruk pasca-Perang Jawa. Kemudian GKR Kencono sebagai ekonom andal dapat mengatur kas keraton dengan begitu rigid. Tidak hanya itu, GKR Kencono pun mengatur busana yang berlaku di Keraton Yogyakarta dan kemudian lahir dalam peraturan berpakaian. Hasil karya kedua permaisuri tersebut tertata apik dalam panel berwarna merah muda dan tentunya mengundang decak kagum para pengunjung. 

Pada hari kedua pelaksanaan pameran, Wakil Menteri Kebudayaan RI Giring Ganesha beserta Istri Menteri Kebudayaan RI didampingi oleh GKR Bendara menyusuri tiap cerita ‘Parama Iswari’ dengan penjelasan dari Kurator. Alunan cokekan pun menghantarkan para tamu istimewa tersebut sembari tersirat kekaguman. Seperti yang dinyatakan oleh Giring Ganesha bahwa, “Saya sampai merinding dan tersentuh sekali. Ini adalah agenda yang bagus menurut saya. Karena Bapak saya orang Yogya, jadi membuat saya terasa dekat dengan hal ini”.

Desain Postingan 1

Tidak hanya menikmati kiprah GKR Sultan dan GKR Kencono yang ditemani dengan iringan cokekan. Rekonstruksi tiga busana permaisuri juga menyambut pengunjung. Tiga busana permaisuri tersebut memiliki ciri khas masing-masing, mulai dari hiasan rambut maupun aksesori yang disematkan.

Selama dua hari pelaksanaan, pameran ‘Parama Iswari’ bukan diperuntukkan bagi penonton Yogyakarta Royal Orchestra saja. Namun pengunjung umum pun dipersilakan untuk hadir dan difasilitasi program kunjungan terpandu beserta buku aktivitas yang didapat secara cuma-cuma. Pengunjung tersebut juga berkesempatan mendapatkan cendera mata berupa kacu atau saputangan yang khas dengan sosok permaisuri. 

Desain Postingan 3

Perayaan atas kiprah perempuan Keraton Yogyakarta di I News Tower Jakarta dapat dikatakan meraih kesuksesan. Terlihat dari hiruk pikuk dan keikutsertaan pengunjung. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan Nyi Raden Wedana Noorsundari sebagai Carik Kawedanan Radyakartiyasa yang menuturkan, bahwa, “Jumlah tempat duduk di area konser saja setiap harinya ada 900, ditambah dengan kunjungan terpandu yang selalu penuh kuota. Pun semuanya menaruh ketertarikan pada pameran.” 

Desain Postingan 4

Menjadi kali pertama bagi Keraton Yogyakarta untuk membawa pameran pendamping jauh keluar dari Yogyakarta. Refleksi pameran dan Yogyakarta Royal Orchestra kemudian menjadi pijakan dalam kelangsungannya. Agenda pendukung hari pertama dilaksanakan melalui lokakarya bersanggul gaya Yogyakarta. Keraton Yogyakarta hanya memiliki satu model sanggul yang digunakan dari seorang Abdi Dalem Keparak (perempuan) hingga Permaisuri. Lokakarya berbusana ala orkestra Jawa dilangsungkan pada hari kedua dengan pengantar singkat berupa sejarah dan rekonstruksi busana masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Kemudian para peserta dapat merasakan sensasi berbusana ala pemusik barat di Keraton Yogyakarta.