Srimpi Wiraga Pariskara: Sajian Megah Peringatan Hari Tari Dunia

Selasa malam (29/04), di bawah naungan pendapa nan megah, seorang gadis kecil didampingi empat penari memasuki pendapa dengan iringan gendhing gati yang agung. Mereka merupakan Abdi Dalem Mataya Kawedanan Kridhamardawa, yang mewakili Keraton Yogyakarta dalam rangka memperingati Hari Tari Dunia 2025.

Setiap tahun, tanggal 29 April diperingati secara global sebagai Hari Tari Dunia (World Dance Day), sebuah perayaan atas keindahan, keberagaman, dan sejarah tari di seluruh dunia. Berbagai pertunjukan dan acara diselenggarakan untuk memeriahkan peringatan ini, salah satunya adalah acara "24 Jam Menari" yang diselenggarakan oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Tahun ini, Kawedanan Kridhamardawa turut ambil bagian dengan menampilkan tarian Srimpi Wiraga Pariskara.

Desain Postingan 5

Srimpi Wiraga Pariskara merupakan tarian yasan (ciptaan) Sri Sultan Hamengku Buwono Ka 10.  Kisah yang diangkat dalam srimpi tersebut terinspirasi oleh upacara adat Tetesan yang masih lestari di Keraton Yogyakarta. Ragam gerak yang ditampilkan memiliki ciri khas tersendiri, sebab merupakan simbolisasi dari proses upacara Tetesan, seperti gerak konyohan, lolohan, dan muryani busana.

Desain Postingan 7

Dalam tradisi budaya Jawa, Tetesan merupakan suatu upacara sakral yang menandai peralihan seorang gadis belia menuju remaja. Peristiwa transisi ini diwujudkan secara simbolik dalam koreografi tari Srimpi Wiraga Pariskara, yang memuncak pada momen ketika penari cilik melangkah ke dalam krobongan—bilik sakral tempat prosesi utama dilangsungkan. Di sanalah terjadi transformasi yang memukau penonton. Sang penari, yang semula berambut terurai dan mengenakan ubet-ubet lawe putih sebagai lambang kesucian, seketika tampil anggun dengan gelung rambut serta busana sabukwala cindhe yang memesona. Momen peralihan tersebut menjadi daya tarik tersendiri, menyiratkan makna mendalam tentang pertumbuhan dan kematangan jiwa.

Desain Postingan 3

Sesaat setelah lagu lagon terakhir dilantunkan dengan khidmat, riuh tepuk tangan penonton tak dapat dibendung. Mereka tampak mengapresiasi sajian srimpi yang berlangsung selama 45 menit. Selain dapat disaksikan secara langsung, acara ini juga disiarkan melalui kanal YouTube ISI Surakarta Official yang dilengkapi takarir dalam video untuk membantu memahami isi teks sindhenan yang dilantunkan.

Desain Postingan 2

“Sebagai penonton, saya merasakan suasana yang berbeda saat menikmati sajian tari klasik Yogyakarta. Nuansa sakral dan khidmat terasa memenuhi seluruh pendapa. Gerak para penari yang pelan namun penuh makna membuat saya larut dalam keanggunannya,” ungkap Shinta, salah satu penonton yang menyaksikan secara langsung.

Desain Postingan 10

KPH Notonegoro selaku Penghageng Kawedanan Kridhamardawa mengaku terkesan dengan antusiasme penonton terhadap penampilan tari klasik Yogyakarta dalam acara 24 Jam Menari di kampus ISI Surakarta. “Tepuk tangan penonton yang meriah menunjukkan bahwa kehadiran tari klasik Yogyakarta menjadi angin segar bagi para penikmat seni di Surakarta. Saya berharap penampilan ini dapat menghibur, sekaligus menjadi dorongan agar acara serupa dapat meluas ke berbagai daerah sebagai bentuk apresiasi terhadap keindahan dan keberagaman seni budaya,” ujar KPH Notonegoro.