Numplak Wajik: Ungkap Makna Kesinambungan

Tiga hari menjelang Garebeg Besar 1958 Je, Keraton Yogyakarta menggelar prosesi Numplak Wajik pada Rabu (04/06) di Panti Pereden Kilen yang berada di area Pelataran Kemagangan. Prosesi ini menandai dimulainya penyusunan Gunungan sebagai simbol syukur dan doa. KRT Rintaiswara selaku Penghageng dari Kawedanan Widya Budaya mengungkapkan bahwa Numplak Wajik jika diartikan berasal dari dua kata yakni Numplak dan Wajik. “Numplak berarti menuangkan dari yang sebelumnya menghadap ke atas menjadi menghadap ke bawah. Hal ini bertujuan agar isi yang ada di bejana tumpah ke wadah yang disiapkan. Kemudian Wajik sebagai makanan Jawa yang terbuat dari ketan, gula jawa, dan kelapa,” jelas KRT Rintaiswara.

Image01

Keraton Yogyakarta rutin menggelar upacara Numplak Wajik yang dilakukan tiga hari sebelum pelaksanaan Garebeg, baik itu Garebeg Sawal, Garebeg Besar, maupun Garebeg Mulud. “Numplak Wajik ini tentunya untuk meminta doa restu supaya acara Garebeg dapat berjalan lancar yang akan dilaksanakan pada tanggal tujuh (7 Juni 2025),” ungkap GKR Mangkubumi. 

Image02

Gunungan yang disusun untuk menyambut Garebeg berjumlah lima jenis diantaranya Gunungan Kakung, Wadon/Estri, Gepak, Dharat dan Pawuhan. Adapun Wajik yang ditumplak atau ditumpahkan ke bakal calon badan Gunungan Wadon (Estri). “Hal ini bertujuan untuk menghormati perempuan, sebagai rantai kesinambungan dalam kehidupan,” tambah Kanjeng Rinta.

Selain Wajik yang berada di Gunungan Estri, juga terdapat beberapa bahan lain, diantaranya Baderan yang berjumlah lima buah dan berada di posisi paling atas dari Gunungan Kakung. Di bawahnya terdapat Gendul yang berjumlah 160 buah dan di bawah Gendul terdapat telur bebek rebus yang disebut Sangsangan. Selanjutnya disusun kacang panjang dan cabai. 

Image04

Sekitar pukul 15.45 WIB, GKR Mangkubumi diiringi Kanca Keparak hadir untuk memimpin jalannya prosesi Numplak Wajik. Salah seorang Abdi Dalem Kanca Keparak bergegas melapor pada GKR Mangkubumi dan KRT Rintaiswara bahwa prosesi Numplak Wajik siap dimulai. Kemudian, Abdi Dalem Kanca Kaji mengawali dengan memanjatkan doa keselamatan. Setelah doa bersama selesai, Kanca Keparak mengoleskan minyak di alas Gunungan Wadon. Sejurus kemudian, Abdi Dalem Widya Budaya menumplak Wajik, disusul dengan memasang kerangka di badan Wajik agar lebih kuat. Di luar Panti Pareden, beberapa Abdi Dalem Keparak lainnya sibuk memainkan musik Gejog Lesung sebagai penolak bala.

Image05

Selanjutnya Gunungan Wadon ditancapi kemuncak dan diberi busana berupa Kain Bangun Tulak. Abdi Dalem Keparak lalu mengoleskan singgul di seputar kaki Wajik yang telah dieratkan dengan kerangka bambu. Singgul merupakan campuran dari dlingo bengle, tepung beras dan kunyit. Berbarengan dengan prosesi tersebut, Kanca Keparak membagikan sirih atau kinang serta singgul yang tadi digunakan kepada Abdi Dalem yang hadir serta masyarakat yang turut menyaksikan prosesi. Pembagian singgul ini juga menandai berakhirnya prosesi Numplak Wajik untuk Garebeg Besar 1958 Je. 

Image08