Rekonstruksi Bregada Langenastra & Prosesi Nyadhong: Hadir Kembali pada Garebeg Besar 1958 Je

Sejak pukul 05.00 WIB, aktivitas di Keraton Yogyakarta sudah tampak ramai. Prajurit berpakaian warna-warni dan berlalu-lalang menyiapkan barisan. Para Abdi Dalem juga tak luput dari kesibukan memeriksa kembali kelengkapan Pareden Gunungan yang telah disiapkan sehari sebelumnya. Semua khidmat dengan tugasnya masing-masing dalam menyongsong pelaksanaan Hajad Dalem Garebeg Besar 1958 Je dalam rangka perayaan Iduladha yang berlangsung pada Sabtu (07/06).

Image01

Tepat pukul 07.00 WIB, prosesi Nyadhong Dwaja yang menjadi awal pelaksanaan Garebeg dimulai. KPH Notonegoro yang bertindak sebagai Manggalayudha menuju ke Kompleks Kamandungan Kidul. Selanjutnya para prajurit akan mengawal Pareden Gunungan keluar dari Bangsal Pancaniti menuju ke Sitihinggil dan ke Masjid Gedhe sebelum akhirnya dibagikan.

Image03

Ketua Pelaksana Garebeg Besar 1958 Je, KRT Kusumanegara, menyampaikan bahwa pada pelaksanaan Garebeg kali ini, Pareden Gunungan dibagikan ke empat titik utama, yakni Kepatihan, Masjid Gedhe, Ndalem Mangkubumen, dan Pura Pakualaman. KRT Kusumanegara menegaskan bahwa, “Pareden gunungan akan dibagikan tanpa rayahan. Kita ingin menanamkan nilai pembagian berkat yang tertib, satu per satu, tanpa rebutan. Ini cermin kesopanan dan tata nilai masyarakat Yogyakarta.”

Image04

Yang menarik dari pelaksanaan Hajad Dalem Garebeg Besar pada tahun 2025 adalah kehadiran rekonstruksi Bregada Langenastra. Korps prajurit Langenastra menari tayungan saat berjalan turun (saat lampah macak) dari Sitihinggil menuju ke Masjid Gedhe. Bregada Langenastra yang berada tepat di belakang Bregada Mantrijero sontak mengundang decak kagum masyarakat dan wisatawan yang turut menyaksikan arak-arakan prosesi Garebeg di kompleks Bangsal Pagelaran.

Image11

Perayaan Garebeg ini juga dilakukan rekonstruksi prosesi Nyadhong. Berbeda dari tahun sebelumnya, kali ini tidak ada Utusan Dalem yang mengantarkan pareden ubarampe gunungan menuju Kepatihan. Sebaliknya, Plh. Sekretaris Daerah DIY Tri Saktiyana nyadhong (meminta atau menjemput) sebanyak 150 pareden ubarampe gunungan langsung dari keraton. Bersama dengan Bregada Bugis, Plh. Sekda DIY berbusana lengkap mengiringi arak-arakan Garebeg dari keraton - Masjid Gedhe - Kepatihan untuk nantinya dibagikan kepada Abdi Dalem Keprajan di lingkungan Pemda DIY. Tradisi ini merupakan rekonstruksi dari tradisi yang dahulu dilakukan oleh Patih Danurejo pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII (1877 – 1921). Prosesi yang melambangkan hubungan erat antara raja dengan aparatur nagari dalam menjalankan roda pemerintahan.

Image24

Dengan berlandaskan riset mendalam pada dokumen sejarah dan berbagai sumber, Keraton Yogyakarta perlahan berbenah merevitalisasi prosesi Garebeg sesuai dengan pranatan pada masa pemerintahan sultan-sultan sebelumnya. Upaya ini menjadi bentuk tanggung jawab keraton sebagai institusi budaya dalam melestarikan adat istiadat yang telah turun temurun.

Image26

Dalam peringatan Iduladha 1447 Hijriah/2025 Masehi, Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 menyerahkan hewan kurban berupa satu ekor sapi ke Urusan Pengulon dan satu ekor kambing ke Masjid Syuhada. “Proses penyerahan simbolis hewan kurban melalui Nawala (surat pemberitahuan) dari keraton ke Pengulon. Seekor sapi ke Urusan Pengulon dan seekor kambing ke Masjid Syuhada,” ungkap Mas Wedana Ngabdul Wahab dari Kanca Kaji.

Image14

Image15