Khaul Mendiang Sultan HB IX: Kenang Sosok Raja Sekaligus Negarawan

Sabtu (16/08) malam, tepatnya 21 Sapar Dal 1959, sayup-sayup lantunan tahlil menggema dengan khidmat dari inti pusat Keraton Yogyakarta. Malam itu, Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10, para Putri Dalem, para Mantu Dalem, beserta Sentana Dalem (kerabat sultan) berkumpul di Tratag Gedhong Prabayeksa guna melangsungkan Khaul Ageng HB IX, sebuah prosesi memohon ampunan dan mengirim doa untuk mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
“Khaul ini untuk mengenang jasa atau peran beliau (mendiang Sultan HB IX) dalam sejarah perjalanan keraton,” ungkap Carik Kawedanan Radya Kartiyasa Nyi RRy Noorsundari.
Tepatnya tanggal 2 Oktober 1988 silam, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menghembuskan napas terakhirnya di George Washington University Medical Center. Beliau kemudian dimakamkan di kompleks Pemakaman Raja-raja di Imogiri, Bantul. Setiap tahun, tepatnya pada tanggal 21 Sapar sesuai kalender Sultanagungan, Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem Khaul Ageng.
Prosesi Khaul Ageng dimulai saat Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 Miyos (hadir) di Kagungan Dalem Tratag Gedhong Prabayeksa. Tak lama, Ngarsa Dalem segera memberi isyarat kepada Kanca Kaji untuk segera memulai doa bersama, diawali dengan Surat Al Fatihah, zikir, selawat, ayat-ayat Al-Qur’an, tahlil, hingga doa-doa pengampunan. Di samping itu juga doa juga dipanjatkan untuk kebaikan dan kesuksesan Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 beserta keluarga dan Abdi Dalem supaya senantiasa diberi kesehatan, keberkahan, dan kesejahteraan.
“Sembilan Kanca Kaji akan memandu tahlil dalam rangka Khaul HB IX, Ngarsa Dalem juga miyos. Diikuti seluruh penghageng keraton,” jelas Mas Wedana Ngabdul Wahab.
Usai pembacaan doa, prosesi Khaul Ageng ditutup dengan Santap Dhahar bersama. Jamuan yang disajikan merupakan hidangan Kersanan Dalem atau kegemaran dari mendiang Sri Sultan HB IX.
Mas Wedana Ngabdul Wahab menambahkan bahwa keesokan hari setelah prosesi Khaul Ageng ada Utusan Dalem yang memimpin ziarah ke pusara makam Sultan HB IX di kompleks Pemakaman Raja-raja di Imogiri tepatnya di kompleks Astana Saptarengga. “Keesokan harinya akan ada Utusan Dalem yang nyekar (berziarah) ke Imogiri didampingi Abdi Dalem dari Kabupaten Puralaya Imogiri,” tambah MW Ngabdul Wahab.
Setelah menikmati jamuan, Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 jengkar atau meninggalkan Tratag Gedhong Prabayeksa, sekaligus mengakhiri prosesi Khaul Ageng.
“Sama seperti tanggal 10 November yang diperingati sebagai hari pahlawan. HB IX adalah sosok paket komplet, seorang negarawan yang hebat, jenderal yang kuat, juga bapak, eyang, saudara dan teman,” kenang Nyi RRy Noorsundari, yang juga masih Sentana Dalem.
Sejarah mencatat Sri Sultan Hamengku Buwono IX berpartisipasi aktif dan mengabdikan diri dalam berbagai posisi pada awal kemerdekaan Indonesia. Sri Sultan Hamengku Buwono IX pernah menjabat sebagai Menteri Negara dan Menteri Pertahanan. Bahkan, beliau pada tahun 1973 menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia yang kedua. Jabatan tersebut diemban sampai pada tanggal 23 Maret 1978, ketika beliau menyatakan mengundurkan diri.
PALING BANYAK DIBACA
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas