Sugengan Nasi Gurih: Sambut Hajad Dalem Sekaten dan Garebeg Mulud Dal 1959

Jumat (29/08), sekelompok Abdi Dalem Keparak (Abdi Dalem perempuan) tampak sibuk di Dapur Ndalem Kilen, Keraton Yogyakarta. Mereka berjibaku dengan tugas masing-masing. Ada yang menanak nasi, memotong mentimun, menyiapkan tempelang (wadah dari daun pisang), hingga meracik lauk-lauk. Pagi itu, Keraton Yogyakarta tengah mempersiapkan Sekul Gurih atau Nasi Wuduk. Sekul Gurih juga dinamai Nasi Wuduk, sebab Abdi Dalem yang akan memasaknya haruslah berwudu (bersuci) terlebih dahulu. Makanan tersebut berupa nasi gurih lengkap dengan lauk pauk; irisan telur dadar, ayam suwir, sambal kacang (pecel kering), dan mentiun.
“Iya, hari Jumat (29/08) Ndalem Kilen memasak nasi gurih, dengan rangkaian lauk opor ayam suwir, sambal pecel kering, dan lalapan timun. Ini merupakan rangkaian Sugengan memasuki Hajad Dalem Sekaten,” jelas Nyi KRT Hamong Tedjonegoro selaku Pengirid Keparak.
Bu Kanjeng, sapaannya, menambahkan bahwa Kanca Keparak mempersiapkan ± 1.000 tempelang nasi gurih, “Kira-kira 1000 tempelang, jumat siang dibagikan kepada semua Abdi Dalem yang ngayahi/marak sowan (bertugas saat itu) di semua tepas atau kawedanan.” Sisanya dibagikan untuk kerabat dan kolega keraton.
Sekul gurih dipercaya bermula sejak zaman Sultan Agung yang melihat kebiasaan masyarakat Arab dalam membuat nasi samin setiap perayaan hari-hari besar. Di Jawa, tradisi tersebut kemudian diadopsi dengan membuat nasi dan menggunakan minyak kelapa atau santan. Menurut kepercayaan, nasi ini merupakan kersanan atau kegemaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Demikian halnya yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta, Sego Gurih selalu dipersiapkan dalam setiap upacara sebagai bagian dari prosesi Sugengan untuk memohon kelancaran dan keselamatan. Pada kesempatan ini, Sugengan Sego Gurih menandai dimulainya prosesi Sekaten dan rangkaian Hajad Dalem Garebeg Mulud Dal 1959.
Selama perayaan Sekaten berlangsung, ada banyak orang menjual dan membeli nasi gurih, terutama di halaman Masjid Gedhe. Masyarakat menyantap nasi gurih sembari mendengar alunan Gamelan Sekati (Kiai Gunturmadu dan Kiai Nagawilaga). Ini menunjukkan keterlibatan masyarakat dan sudah menjadi tradisi dalam menyambut peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
PALING BANYAK DIBACA
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas