Miyos Gangsa Dal 1959: Tradisi Udhik-Udhik, Simbol Berkah dan Doa Raja bagi Kawula

Pada Jumat Pon malam (29/08), bertepatan dengan 5 Mulud Dal 1959/2025 M, banyak masyarakat memadati kawasan pelataran Kamandungan Lor di Keraton Yogyakarta. Mereka hendak untuk menyaksikan prosesi sakral Miyos Gangsa. Tradisi ini telah berlangsung selama turun-temurun sebagai bagian dari rangkaian Adeging Pisowanan Ageng Garebeg Mulud, yang juga menjadi penanda awal menuju puncak perayaan Garebeg Mulud dalam rangka memperingati Kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Prosesi ini juga menghadirkan kembali akar sejarah dakwah Islam semasa Wali Songo. Pada masa itu, seni gamelan digunakan sebagai sarana siar karena bunyinya mengundang masyarakat untuk berkumpul di halaman Masjid Agung, lalu dakwah disampaikan dengan penuh kelembutan. Hingga kini, filosofi tersebut tetap dijaga dengan khidmat sehingga menjadikan tradisi Miyos Gangsa sebagai ritual budaya, sekaligus pengingat hubungan antara kesenian, spiritualitas, dan kehidupan rakyat. 

Desain Postingan 1 01 Small

Miyos Gangsa berarti “keluarnya gamelan". Dalam prosesi ini, dua perangkat Gamelan Sekati, yakni Kiai Gunturmadu dan Kiai Nagawilaga diarak keluar dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gedhe saat tengah malam. Selain hadirnya gamelan, prosesi juga diwarnai dengan penyebaran udhik-udhik. Tepat pada pukul 20.00 WIB, Utusan Dalem yakni kelima Putra Dalem Putri GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, dan GKR Bendara, serta Mantu Dalem KPH Purbodiningrat dan KPH Notonegoro keluar melalui Regol Srimanganti. Sebanyak sepuluh bokor berisi beras kuning, uang koin, biji-bijian, dan kelopak bunga disiapkan. Para Putri Dalem kemudian menyebarkan udhik-udhik kepada masyarakat dan Abdi Dalem. Suasana berubah riuh antusias karena masyarakat sudah bersiap untuk menerima sebaran udhik-udhik sebagai simbol sedekah raja, kesejahteraan, dan keselamatan dari raja kepada rakyatnya. 

Desain Postingan 4 04 Small

Desain Postingan 10 10 Small

Bagi masyarakat yang hadir, rebutan uang koin, bunga, atau beras kuning membawa makna tersendiri. Ada yang percaya koin itu bisa menjadi sarana penolak bala, ada yang melihat bunga sebagai pembawa keberuntungan, ada pula yang memaknainya sebagai perekat batin antara Keraton Yogyakarta dengan rakyat atau kawula. Seorang warga Kauman bernama Rabono mengungkapkan, “Setiap tahun saya ikut acara ini (udhik-udhik), walaupun tidak selalu ikut rebutan udhik-udhik tapi yang paling saya tunggu adalah tabuhan gamelan Sekaten di Masjid Gedhe, bikin hati jadi senang setiap kali dengar suaranya”. Sementara itu, Ibu Raras, yang baru pertama kali mengikuti prosesi mengaku merasakan energi yang berbeda. “Saya orang Semarang yang sekarang pindah ke Yogya, saya merasakan vibrasinya positif sekali, seperti semua beban saya hilang. Menurut saya ini bukan sekadar ritual, melainkan juga penghormatan kepada Maulid Nabi dan cara yang indah untuk mengingat perjuangan Wali Songo,” ujarnya dengan penuh haru dan antusias.

Desain Postingan 6 06 Small

Desain Postingan 11 11 Small

Jalannya prosesi Miyos Gangsa berlangsung dengan khidmat. Menjelang pukul 23.00 WIB, suasana di Pelataran Kamandungan Lor (Keben) hening, mempersiapkan pemindahan kedua perangkat gamelan. Dengan iringan Bregada Prawiratama dan Jagakarya, boyongan Gangsa Sekati bergerak menuju Siti Hinggil lalu dilanjutkan ke Masjid Gedhe. Setibanya di Masjid Gedhe, Gamelan Kiai Gunturmadu menempati Pagongan sisi selatan Masjid Gedhe, sementara Kiai Nagawilaga menempati Pagongan sisi utara Masjid Gedhe. Gamelan lalu dibunyikan (ungele) secara bergantian dan berhenti dimainkan tepat pada pukul 00.00 WIB. Gendhing Rambu menjadi pembuka, disusul Rangkung, Andhong-andhong, dan Lung Gadhung Pel. 

Desain Postingan 14 14 Small

Gamelan Sekaten ini akan terus ditabuh secara bergantian pada 3 waktu utama yakni pukul 08.00-11.00, 14.00-17.00, dan 20.00-23.00 WIB hingga tiba waktunya Kondur Gangsa, yakni kurang lebih selama 1 minggu. Gamelan ini akan terus dimainkan setiap hari, kecuali Kamis malam-Jumat siang. Rentang waktu tabuhan Gamelan Sekaten inilah yang diperingati sebagai perayaan Sekaten.

Desain Postingan 15 15 Small

Desain Postingan 19 19 Small