Uyon-Uyon Hadiluhung Senin Pon 17 Mei 2021

Memperingati Wiyosan Dalem (hari kelahiran) Sri Sultan Hamengku Buwono X setiap Senin Pon malam Selasa Wage, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali menggelar Uyon-Uyon Hadiluhung. Pada bulan Sawal ini, Uyon-Uyon akan digelar di Kagungan Dalem Bangsal Srimanganti.

Uyon-Uyon Hadiluhung Senin Pon 17 Mei 2021 mendatang, akan menyajikan komposisi gendhing dan Beksan Panji Laleyan. Terkait situasi pandemi, pertunjukan kali ini hanya dapat disaksikan melalui siaran langsung (live streaming) di kanal Youtube Kraton Jogja dan siaran RRI Pro 4 Yogyakarta mulai pukul 20.00 WIB. Pertunjukan ini masih digelar tanpa reservasi dan hanya dihadiri oleh Abdi Dalem yang bertugas dengan protokol kesehatan yang ketat.

Komposisi Gendhing :

  1. Gendhing Pambuka :Ladrang Prabu Mataram Laras Slendro Pathet Sanga.
  2. Gendhing Soran :Gendhing Jlagra Laras Pelog Pathet Lima, Kendhangan Semang, jangkep sakdhawahipun.
  3. Beksan Panji Laleyan
  4. Gendhing Lirihan I : Gendhing Surya Latri, Kendhangan Sarayuda, minggah Ladrang Sri Madya, kalajengaken Ayak Ayak, Srepeg, Plajaran Laras Pelog Pathet Barang.
  5. Gendhing Lirihan II : Gendhing Nenes, Kendhangan Candra, kalajengaken Ladrang Loro Loro Topeng, kalajengaken Bibaran Lebdajiwa Laras Slendro Pathet Manyura.
  6. Gendhing Panutup : Ladrang Sri Kondur Laras Slendro Pathet Manyura.

Uyon Uyon 17 Mei 2021 02

Sinopsis Beksan Panji Laleyan

Beksan Panji Laleyan atau Jayengresmi merupakan karya tari Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792). Dinukil dari roman Panji, tarian ini menggambarkan perjalanan Raden Panji Laleyan saat dipanggil kembali oleh sang kakek untuk bertapa dan menimba ilmu di Gunung Rasamulya. 

Saat bertapa dan menuntut ilmu, Raden Panji Laleyan mendapat kabar bahwa sang ayah, Raden Panji Asmarabangun, sedang berada di medan laga Parangkencana. Raden Panji Laleyan segera memohon izin kepada sang kakek untuk menyusul ayahnya. Setelah mendapat izin, berangkatlah Raden Panji Laleyan ditemani abdi pengasuh atau wulu cumbu yang bernama Ki Lurah Dhoyok dan Ki Lurah Bancak. Di tengah perjalanan, mereka tersesat di Desa Wandhanpura dan mengalami berbagai godaan. Karena keteguhan hatinya, Raden Panji Laleyan berhasil mengatasi cobaan itu dan akhirnya dapat berkumpul dengan ayahnya untuk menghimpun kekuatan di medan laga.

Beksan Panji Laleyan ditarikan oleh delapan penari putra; empat penari berkarakter halus dengan ragam impur dan empat penari berkarakter gecul (jenaka) dengan ragam merak ngigel. Pembawaan karakter gecul hampir mendominasi pagelaran tari. Tarian ini menyajikan perpaduan gendhing untuk mengiringi karakter halus dan gecul secara silih berganti. Alunannya menghadirkan nuansa sedih dan senang, sesuai dengan situasi yang dihadapi Raden Panji Laleyan, sehingga pertunjukan ini menjadi lebih berwarna.

Setelah 200 tahun lebih sejak diciptakan, tarian ini direkonstruksi oleh KHP Kridhomardowo berdasarkan manuskrip Serat Kandha. Manuskrip tersebut merupakan salah satu dari ribuan naskah keraton yang dijarah oleh Raffles dalam peristiwa Geger Sepehi tahun 1812. Tahun 2019, manuskrip Serat Kandha versi digital diserahkan ke keraton oleh British Library.

Penampilan Beksan Panji Laleyan kali ini didukung oleh: 

Paraga Patuh 

Panji Laleyan :

  1. RJ Khoirokakhyatimatoyo
  2. MJ Wibisanapuntomatoyo
  3. MJ Harismatoyo
  4. Five Ihza Marchiano

Wulu Cumbu :

  1. RJ Murpratomokumudamatoyo
  2. RJ Handitohastomatoyo
  3. MJ Santosopujimatoyo
  4. RJ Rionaldopaksimatoyo

Paraga Bela 

Panji Laleyan :

  1. Rizkiawan Agung B A Y
  2. Anang Ma'ruf
  3. Dimas Indrajati Pamungkas
  4. Mokhammad Zunanto Prabowo

Wulu Cumbu :

  1. MJ Panggahmatoyo
  2. MJ Gumelarsigromatoyo
  3. Arif Nur Sawiji

Pemucal Beksa

  1. RW Sasmintoprobo
  2. RW Rogomurti
  3. RW Wijoyopadmo
  4. RW Brotoatmojo

Panata Gendhing dan Pengendhang :RP Ngeksibrongto

Pengeprak :RW Sasmintoprobo

Pemaos Kandha:RW Brotoatmojo

Panata Busana :M Riyo Dirjomanggolo

Produser : MJ Hanisputroamongmatoyo