Dari Jogja Untuk Indonesia: Keraton Gelar Pentas Musikan Amanat 5 September

Banyak hal istimewa nan tak biasa pada gelaran Garebeg Mulud Dal 1959 Jumat (05/09) lalu. Selain beragam prosesi langka yang memang hanya terjadi dalam 8 tahun sekali seperti keluarnya Gunungan Kutug/Brama, berbagai revitalisasi prajurit pun hadir, mulai dari hidupnya kembali Prajurit Jager, Prajurit Suranata, Prajurit Langenkusuma, hingga Prajurit Miji Sumoatmaja. Menambah meriah pelaksanaan Garebeg Mulud Dal pada tahun 2025, Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat juga menghadirkan Pentas Musikan Amanat 5 September di sela prosesi Garebeg yang berlangsung di Kagungan Dalem Pagelaran.

Desain Postingan 2 02 Small

“Kebetulan sekali Garebeg Mulud Dal 1959 kali ini kan digelar tanggal 5 September 2025, bertepatan dengan 80 tahun peristiwa Amanat 5 September yang menjadi awal mula bergabungnya Kasultanan Yogyakarta bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi kami ingin merayakan hal itu juga, sehingga di sela-sela Garebeg Mulud Dal di Pagelaran kemarin, setelah Kanca Musikan ngayahi Garebeg, mereka tampil 3 lagu,” ungkap KPH Notonegoro, Penghageng II (pimpinan) Kawedanan Kridhamardawa.

Garebeg Mulud Dal 1959 kali ini memang berjalan lebih istimewa. Iring-iringan prajurit menuruni Siti Hinggil sedikit lebih pagi, dimulai dari Prajurit Jager yang melintas di tengah Bangsal Pagelaran sekitar pukul 07.30 WIB. Tak lama berselang, Prajurit Suranata mengawal Kanca Kaji menuruni Siti Hinggil dan terus berjalan hingga Kagungan Dalem Masjid Gedhe. Sekitar pukul 09.00 WIB, iring-iringan prajurit Keraton Yogyakarta tampil seperti biasa, mulai dari Prajurit Wirabraja hingga Nyutra.

Desain Postingan 4 04 Small

Hal menarik lainnya yakni kemunculan kembali Prajurit Estri Langenkusuma. Satuan prajurit perempuan milik Keraton Yogyakarta ini tampil gagah dipimpin putri sulung GKR Mangkubumi, RAj Artie Ayya Fatimasari. Usai menuruni Siti Hinggil, Prajurit Langenkusuma lantas berjajar membuat pagar betis di sisi utara dan selatan bakung Bangsal Pagelaran. Menyusul berikutnya Prajurit Miji Sumoatmaja, prajurit pilihan pengawal Sultan ini kemudian membagi diri dalam 2 kelompok untuk membuat pagar betis pada sisi timur dan barat Pagelaran sebagai pembuka jalan untuk Miyos atau lewatnya berbagai gunungan dan pareden.

Tak lama berselang, Titihan Dalem berupa liman (gajah) dan turangga (kuda), beserta Abdi Dalem Lurah Tledhek dan Gamelan Kihi Guntur Sari turut dalam iring-iringan menuju Kagungan Dalem Masjid Gedhe. Hal yang paling dinanti pun tiba. Gunungan Kutug/Brama beserta Gunungan Kakung, Estri, Dharat, Gepak, dan Pawuhan melintas di tengah Pagelaran dengan dikawal prajurit Surakarsa. Tak lama berselang, disusul Gunungan Kakung yang akan menuju ke Pura Pakualaman dikawal dua bregada prajurit Pakualaman dan Pareden Wajik yang menuju ke Kepatihan dikawal bregada Prajurit Bugis.

Desain Postingan 20 20 Small

Setelah Prajurit Bugis melewati Pagelaran menuju ke Masjid Gedhe, tugas Prajurit Estri Langenkusuma dan Prajurit Miji Sumoatmaja membuka jalan bagi gunungan dan pareden telah usai. Kedua satuan prajurit ini kembali ke atas Siti Hinggil, dan prosesi doa di Masjid Gedhe pun dimulai. Saat itulah di Pagelaran, Abdi Dalem Musikan yang tergabung dalam ensambel tiup Yogyakarta Royal Orchestra bersiap untuk beraksi membawakan 3 lagu perjuangan yang keseluruhannya merupakan hasil aransemen MP Widyoyitnowaditro.

“Sesuai dhawuh yang diamanahkan ke kami, jadi Kanca Musikan tadi ikut ngladosi memainkan instrumen musik untuk Gati Harjuna Mangsah mengiringi Prajurit Mantrijero dan Langenastra, Bubaran Panyutra untuk Prajurit Nyutra, Gati Raja untuk Prajurit Langenkusuma, dan mengiringi Prajurit Sumoatmaja serta Manggalayudha. Lalu setelah itu, ketika gunungan dan pareden sudah lewat dan Prajurit Langenkusuma serta Sumoatmaja kembali ke Siti Hinggil, kami memainkan 3 lagu dalam Pentas Musikan Amanat 5 September,” ungkap MJ Hangganawaditro selaku pimpinan produksi.

Desain Postingan 16 16 Small

Sebagai lagu pertama dalam Pentas Musikan Amanat 5 September, hadir lagu Dari Sabang Sampai Merauke ciptaan R. Suharjo Darsono. Lagu ini dihadirkan dengan semangat bahwa Kasultanan Yogyakarta adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang membentang dari ujung barat hingga timur Nusantara yang bergabung ke NKRI melalui Amanat 5 September. Disusul lagu kedua yakni lagu Pada Pahlawan karya Usmar Ismail dan Cornell Simanjuntak. Lagu ini adalah ungkapan rasa terima kasih dan penghormatan kepada para pahlawan nasional, dalam momentum Amanat 5 September kali ini khususnya ditujukan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan KGPAA Paku Alam VIII.

Bagimu Negeri karya Kusbini menjadi lagu pamungkas dari Pentas Musikan Amanat 5 September. Sebagai penutup, lagu ini menjadi sebuah penegas bahwa Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat akan selalu siap berkontribusi bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan semangat dari Jogja untuk Indonesia. Berakhirnya lagu Bagimu Negeri disambut riuh gemuruh tepuk tangan dari penonton yang terus bertahan di Pagelaran dan menanti kembalinya iring-iringan prajurit mengawal Gunungan Brama dari Masjid Gedhe menuju ke dalam Kedhaton.

Desain Postingan 22 22 Small

“Kami berharap hadirnya Pentas Musikan Amanat 5 September di Pagelaran ini tak hanya menjadi tambahan hiburan bagi pengunjung yang menanti kembalinya Gunungan Brama ke Kedhaton, namun juga sebagai pengingat bahwa Kasultanan Yogyakarta selalu dan senantiasa menjadi bagian yang istimewa dari NKRI sesuai mandat dalam Amanat 5 September 1945. Dari Jogja, kami selalu siap berkontribusi untuk Indonesia,” tutup KPH Notonegoro.