Pawiyatan Abdi Dalem, Membuka Wawasan Daulat Budaya

Selama 5 hari, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Pawiyatan Abdi Dalem di Kagungan Dalem Sasana Hinggil. Pada periode ini, pawiyatan atau pembelajaran Abdi Dalem diikuti oleh 77 Abdi Dalem dari golongan Kaprajan maupun Punakawan dengan kurikulum yang berbeda. Pada dasarnya Pawiyatan Abdi Dalem merupakan pendidikan dan pembelajaran tentang sejarah, budaya, dan adat istiadat di Keraton Yogyakarta sebagai bekal para abdi budaya dalam menjalankan proses pengabdiannya. Akan tetapi, dalam periode ini Pawiyatan Abdi Dalem dikemas dengan lebih komprehensif. Pemberlakuan kurikulum terpumpun dengan pembagian tingkatan menjadikan sistem Pawiyatan Abdi Dalem bukan sekadar pemahaman tentang tata pemerintahan di dalam Keraton Yogyakarta, melainkan wawasan terbuka terkait budaya. Berdasarkan kepentingan tersebut, Kawedanan Parentah Hageng meninjau kembali kurikulum Pawiyatan Abdi Dalem dan membaginya dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat dasar, tingkat menengah, dan tingkat lanjut.
Peninjauan kembali kurikulum Pawiyatan Abdi Dalem salah satu alasannya adalah keberadaan Abdi Dalem bukan sekadar penjaga dan pelestari budaya, namun mereka menjadi motor dalam proses pertumbuhan budaya yang makin adaptif. Pawiyatan yang digelar selama satu pekan, dari tanggal 22 – 26 September 2025 mengajak seluruh peserta untuk memahami sejarah Keraton Yogyakarta, tata cara lan tata lampah budaya, tata rakiting wewangunan, adat istiadat, hingga hak dan kewajiban sebagai Abdi Dalem. Di sisi lain, Pawiyatan Abdi Dalem juga memberi wawasan terbuka tentang daulat budaya yang penting dan perlu untuk dipahami agar mampu diimplementasikan secara nyata. Wawasan tersebut dikemas dalam materi nilai inklusi, Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga pengantar pelestarian dan pengembangan warisan budaya.
Topik-topik tersebut relevan dengan upaya keraton dan pemerintah terkait dalam melakukan konservasi kawasan di sepanjang Sumbu Filosofi yang menyangkut berbagai aspek, termasuk sosial-masyarakat di dalamnya. Sementara itu, pengetahuan tentang kebudayaan dalam bentuk benda dan tak benda hingga kompleksitas pengelolaan warisan budaya dalam ranah institusi museum menjadi salah satu topik yang disampaikan kepada seluruh peserta.
“Abdi Dalem diharapkan mampu menjadi motor dalam daulat budaya Mataram di Yogyakarta. Mereka tidak hanya mengenal adat istiadat, tetapi mampu berkontribusi dalam program-program strategis budaya untuk keraton dan Yogyakarta yang lebih luas,” papar GKR Mangkubumi.
Pada kesempatan yang sama, Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi memberikan wawasan khusus tentang Sabda Tama dan Sabda Raja. Putri Sulung Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 ini mengejawantahkan kalimat demi kalimat dalam naskah Sabda Tama dan Sabda Raja secara detail, sebagai turunan dari falsafah Pangeran Mangkubumi, Manunggaling Kawula Gusti, Hamemayu Hayuning Bawana, serta Sangkan Paraning Dumadi. Ketiga filosofi yang diyakini sebagai warisan dari Pangeran Mangkubumi sekaligus pembentuk watak satriya bagi seluruh Abdi Dalem yang mampu mengamininya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Pawiyatan Abdi Dalem tingkat dasar dibuka secara resmi oleh Penghageng Kawedanan Parentah Hageng, Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro. Abdi Dalem yang telah mengikuti pawiyatan secara menyeluruh pada akhir kegiatan akan memperoleh Parthisara atau piagam yang menandakan keikutsertaan pawiyatan. Parthisara tersebut diserahkan langsung oleh KPH Wironegoro kepada seluruh Abdi Dalem tanpa terkecuali.
PALING BANYAK DIBACA
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas