Konsisten Jalin Kolaborasi, Yogyakarta Royal Orchestra Rayakan Karya Verdi Bersama Kedubes Italia di Indonesia
- 09-10-2025

Lebih dari 1.200 penonton memenuhi Laboratorium Seni ISI Yogyakarta pada Sabtu (04/10) malam. Dalam suasana khidmat sekaligus penuh semangat, Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) bersama Yogyakarta Royal Choir (YRC) mempersembahkan konser istimewa bertajuk ‘A Tribute to Giuseppe Verdi’. Menyusul kesuksesan konser tahun 2024 lalu—A Tribute to Giacomo Puccini—konser yang digelar untuk merayakan karya-karya Verdi tahun 2025 ini menjadi bukti konsistensi dari kolaborasi berkelanjutan antara Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kedutaan Besar Italia di Indonesia, dan Istituto Italiano di Cultura (IIC) Jakarta.
“Melihat tingginya antusiasme masyarakat di konser Puccini tahun lalu ketika Peringatan 75 Tahun Hubungan Bilateral Indonesia dan Italia, kami menyambut dengan sukacita ajakan kolaborasi dari Kedutaan Besar Italia di Indonesia untuk kembali berkarya bersama tahun ini. Tahun ini kami merayakan karya-karya opera dari komposer ternama Italia, Giuseppe Verdi,” ungkap KPH Notonegoro yang merupakan Penghageng II Kawedanan Kridhamardawa.
Dipimpin oleh Aurelio Canonici, pengaba asal Italia, konser ini menampilkan keindahan karya-karya agung Giuseppe Verdi seperti La Traviata, Rigoletto, Il Trovatore, hingga Dies Irae dari Requiem. Beberapa karya ternama lain seperti Nabucco, Macbeth, Luisa Miller, Ernani, dan La Forza Del Destino, turut dihadirkan dalam konser yang digelar selama lebih dari 2 jam.
“Italy and Indonesia share deep respect and appreciation for cultural heritage. Opera was inscribed on UNSECO’s Intangible Cultural Heritage list in 2023, just as Gamelan was recognized in 2021. These traditions, rooted in history yet alive today, remind us of the importance of safeguarding and celebrating what defines our identity,” papar HE. Roberto Colaminè, Duta Besar Italia untuk Indonesia dalam sambutan tertulisnya. Kesamaan penghargaan atas warisan budaya ini, sambungnya, menjadi akar kuat untuk kerja sama Indonesia dan Italia ke depannya, khususnya dengan Keraton Yogyakarta.
Penampilan megah konser ‘A Tribute to Giuseppe Verdi’ ini juga menghadirkan dua solois Italia, soprano Eva Polimeni dan tenor Daniele Falcone, yang terkadang tampil dalam format duet dalam beberapa aria. Tak hanya tampil berdua, dalam aria Un dì se ben rammentomi - Bella figlia dell'amore pada Opera Rigoletto, Eva dan Daniele berkolaborasi harmonis dengan Steven Immanuel Angelo (Baritone) dan Mikeista Rut Sabatia (Mezzo-Soprano) dari Yogyakarta Royal Choir yang menjadikannya kuartet yang begitu kaya rasa.
Konser kolaborasi ini rupanya menyedot animo tinggi dari masyarakat. Dibuka pada awal September 2025, reservasi secara luring dan daring untuk 850 tiket langsung habis dipesan. Sementara itu, sekitar 350 kursi lainnya juga diberikan kepada tamu undangan serta mitra dan kolega baik dari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat maupun Kedutaan Besar Italia di Indonesia, serta disediakan kursi prioritas untuk penonton berkebutuhan khusus seperti disabilitas, lansia, dan ibu hamil.
“Beberapa hari jelang konser, kami lihat di media sosial masih banyak sekali Sahabat Kraton Jogja yang ingin menyaksikan namun terlewatkan sesi reservasi kemarin. Untuk itu kemarin kami sediakan juga tiket go show, dan ternyata sekitar 250 orang berhasil masuk ke dalam gedung melalui jalur itu,” jelas Nyi MJ Rasmiwaditro selaku pimpinan produksi konser kali ini.
Tak hanya harmoni musik, visualisasi di atas panggung pementasan pun memberikan kesan tersendiri. Selain mengambil ilustrasi dari naskah manuskrip milik Keraton Yogyakarta, tampil pula beberapa visual proyeksi dari nukilan scene Sudjojono Immersif—fragmen digital dari karya-karya mendiang maestro seni lukis Indonesia S. Sudjojono yang merekam semangat zaman, jiwa bangsa, dan kedalaman rasa manusia.
Seperti halnya Verdi yang menyalakan api kebangsaan Italia lewat musiknya, dan selaras dengan komitmen Keraton Yogyakarta untuk selalu menghidupkan semangat kebangsaan melalui seni dan budaya, S. Sudjojono. Beliau merupakan salah satu pionir pendiri Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1937 dan ia menyalakan kesadaran bangsa lewat kanvasnya: menegaskan jiwa-jiwa yang hidup di balik setiap peristiwa sejarah. Beberapa karya visualnya yang hadir di atas panggung dan berpadu dengan nada dari YRO serta harmoni karya Verdi di antaranya: ‘Tiga Wanita di Atas Bukit’—fragmen kemanusiaan yang lembut namun kuat, membuka ruang renung antara cinta, kehilangan, dan kenangan; ‘Tanjung Priok’—citra heroik yang merekam amarah dan keberanian rakyat dalam bingkai sejarah kolonial; ‘The Ruins and The Piano’—metafora tentang kehancuran dan harapan, antara puing dan melodi yang tak pernah padam; ‘Penyerangan Sultan Agung Ke JP Coen’—potret sang raja sebagai simbol kedaulatan dan kebijaksanaan nusantara; dan ‘Rose Pandanwangi (Rose Istriku)’.
Rangkaian visual berpadu untaian nada yang dimainkan disambut tepuk tangan meriah, bahkan di akhir pertunjukan, seluruh audiens berdiri memberikan apresiasi panjang, menghantarkan pada satu penampilan penutup yang menjadi kejutan manis bagi semuanya: penampilan aria ternama Libiamo ne’ lieti kalici dari opera La Traviata. Usainya lagu penutup ini pun kembali menghadirkan sorakan ‘bravi’ yang menggema di Laboratorium Seni ISI Yogyakarta.
Di akhir acara, Ingkang Sinuwun Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10, GKR Hayu, KPH Notonegoro, RM Manteyyo Kuncoro Suryonegoro, bersama Duta Besar Italia untuk Indonesia, HE. Roberto Colaminè, dan Direktur Instituto Italiano di Cultura, Mrs. Maria Battaglia pun berkenan memberikan bunga tangan sebagai tanda apresiasi sekaligus mengabadikan momen bersejarah dengan berfoto bersama para musisi yang merayakan karya opera Verdi malam itu.
“Jika konser Puccini tahun lalu menjadi penanda 75 tahun hubungan bilateral Indonesia dan Italia, maka konser Verdi tahun ini menjadi bukti komitmen Keraton Yogyakarta untuk mendukung hubungan kerja sama kedua negara yang tentu diharapkan bisa terus terjalin hingga tahun-tahun berikutnya. Bagi yang belum hadir langsung di sini, jangan berkecil hati karena akan kami tayangkan siaran tundanya di kanal YouTube Kraton Jogja. Semoga konser kali ini berkenan di hati para penikmat karya Verdi, sekaligus menjadi inspirasi bahwa meski dua negara, dua benua, dan dua budaya ini berbeda, namun tetap dapat berkolaborasi dan bersinergi dengan harmoni,” tutup KPH Notonegoro.