Image page cover

Bertemu dengan Rijsttafel, Pengalaman Dining Experience dalam Pameran Pangastho Aji

Keraton Yogyakarta (18/10) menggelar agenda bertajuk Dining Experience: Mencicipi Ragam Rasa Masa Sultan Kedelapan. Agenda tersebut menjadi salah satu kegiatan pendukung pameran Pangastho Aji yang dibuka sejak akhir September lalu. Pengalaman dalam bersantap malam yang dikemas dengan mengadaptasi pola jamuan rijsttafel menjadi media bagi peserta untuk menyelami sejarah jamuan kenegaraan semasa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Pada awal abad ke-20, Sultan memang kerap menggelar jamuan negara dengan pola rijsttafel. Tidak jarang, jamuan tersebut digelar dengan suguhan pertunjukan wayang wong, tari bedhaya, dan srimpi. Kondisi tersebut dilatarbelakangi dengan adanya hubungan diplomatik yang baik antara pemerintah Keraton Yogyakarta dengan pemerintah Hindia-Belanda.

2 02 Small

Dalam catatan sejarah keraton, tradisi rijsttafel telah tercatat sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VI (1855-1877). Pada masa pemerintahan tersebut, Sultan gemar menjamu tamu-tamu negara dengan jamuan ala barat. Menu-menu makanan yang disajikan begitu bervariasi. Dalam arsip Moens-1933, Sultan secara khusus memerintahkan Tuan Sekeng, Kepala Bidang Kebudayaan di Sanasewu, untuk mencari seorang juru masak, hingga dikenalkanlah Encik Purtin yang berasal dari Batavia. Encik Purtin sebagai juru masak menjadi primadona dalam setiap gelaran jamuan kenegaraan, sebab berkatnya berbagai makanan ala barat dapat tersaji dalam meja jamuan keraton.

6 06 Small

Dari Encik Purtin, para bangsawan keraton makin dekat dengan cita rasa barat. Kebiasaan dhahar-lenggah dan budaya marak-dhahar tergantikan dengan makan dengan set-menu di atas meja dan duduk di atas kursi. Beberapa menu ala barat diadopsi dalam cita rasa lokal seperti selad huzar, empal daging, glendhoh piyik, kepiting goreng, semur ayam, dan setup pakis taji, sumo ewo, prawan kenes, hingga pastel krukup. Menu-menu tersebut kemudian dikenal dengan istilah Kersanan Dalem atau kegemaran dari Sultan yang bertakhta.

Sebelum menikmati berbagai jamuan yang dilaksanakan di Bale Raos, lima puluh peserta dari kegiatan Dining Experience diajak untuk berkeliling ke Ndalem Pakuningratan. Ndalem tersebut merupakan salah satu kediaman pangeran yang pernah menjadi tempat tinggal dari GPH Puruboyo sebelum naik takhta menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.

10 10 Small

“Semula kegiatan ini hanya dikemas untuk tiga puluh peserta. Tujuannya agar seluruh peserta dapat memperoleh pengalaman sejarah, detail informasi, dan kesan terbaik dari kegiatan sore hari ini. Namun yang paling penting, agar edukasi tentang sejarah Sultan dapat diterima dengan baik,” jelas Nyi Raden Riyo Noorsundari sebagai salah satu buyut dari Sri Sultan Hamengku Buwono VIII yang tinggal di Ndalem Pakuningratan.

15 15 Small

Setelah berkeliling di Ndalem Pakuningratan, seluruh peserta menuju Bale Raos dan menikmati sajian ala rijsttafel. Mereka disuguhi set-menu yang begitu lengkap, mulai dari menu pembuka sangga buwana dan sop kumbut penjalin, lalu menu utamanya nasi blawong, lidah lombok ijo, ayam terik, hingga pandekook dan teh sebagai penutupnya. Menu-menu tersebut dipilih sebab memiliki keterkaitan dengan Kersanan Dalem. Selama santap malam, para peserta mendapat informasi sejarah gastronomi yang disampaikan oleh Komunitas Djedjak Rasa. Puncaknya, seluruh acara selesai pada pukul 19:00 WIB dengan berbagai umpan balik yang positif dari perwakilan peserta kegiatan. Pada akhirnya, para peserta berpengalaman menikmati momen rijsttafel ala Keraton Yogyakarta. Momentum tersebut bukan sekadar santap malam dan menikmati sajian istimewa, melainkan menjelajahi rasa dan sejarah pada saat yang bersamaan.