Abdi Dalem Keraton Yogyakarta Menggelar Doa Bersama Sambut Tahun Baru Jawa 1 Suro Alip 1955


Peringatan menyambut pergantian tahun baru Jawa 1 Suro Alip 1955/1 Muharram 1443 H, digelar tanpa Lampah Mubeng Beteng. Pada malam 1 Suro, masyarakat Yogyakarta biasanya mengadakan Lampah Mubeng Beteng atau mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta. Prosesi tersebut dilakukan dengan tapa bisu atau tanpa berbicara sebagai sarana introspeksi diri sembari berjalan kaki mengelilingi benteng keraton. Sebagai gantinya, Abdi Dalem Keraton Yogyakarta menyelenggarakan doa bersama. Hal ini berkaitan dengan pemberlakuan suasana tanggap darurat bencana pandemi CoViD-19 dan aturan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Agenda doa bersama juga hanya dihadiri oleh Abdi Dalem secara terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat.

KRT Gondohadiningrat menyampaikan bahwa kegiatan Mubeng Beteng ditiadakan, namun diganti dengan doa bersama. “Agenda menyambut malam 1 Suro atau malam pergantian tahun baru Jawa sudah menjadi agenda nasional maka (bersama Dinas Kebudayaan) tetap menyelenggarakan secara terbatas. Acara dilakukan dengan doa bersama, sekaligus memohon kepada Yang Mahakuasa agar pandemi ini lekas usai,” ungkap Kanjeng Gondo.

Acara berlangsung di pelataran Kamandungan Lor (Keben) pada Senin (9/8) mulai pukul 18.30 WIB. Diawali dengan lantunan Kidung Pandonga atau tembang macapat, yang dipimpin oleh KMT Projosuwasono. Pembacaan macapat selesai saat KPH Wironegoro dan KPH Yudanegara hadir untuk membuka acara. KPH Yudahadiningrat, KPH Suryahadiningrat, dan Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Ibu Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.Hum turut hadir pada agenda tersebut.

Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Mas Bekel Ngabdul Haq dari Kanca Kaji. Tak hanya membacakan doa awal tahun, Mas Ngabdul Haq juga memanjatkan doa agar pandemi CoViD-19 ini segera usai. Sesuai dengan arahan PPKM, seluruh rangkaian acara diakhiri pukul 20.00 WIB.