Keraton Yogyakarta Berpartisipasi dalam Festival Keraton Nusantara XIII

Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali berpartisipasi dalam Festival Keraton Nusantara (FKN) XIII di Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro turut hadir sebagai pemimpin rombongan keraton dan bertolak ke Kota Palopo sejak Sabtu (7/9) siang.

FKN menjadi agenda tahunan pertemuan raja dan ratu dari keraton-keraton se-Nusantara yang memuat beberapa agenda festival diantaranya, kirab prajurit, peragaan busana, pagelaran seni, dialog kebudayaan, dan juga pameran. Seluruh rangkaian acara menjadi sarana masing-masing kerajaan untuk memperkenalkan identitas budaya daerahnya. Hal ini sesuai dengan tujuan festival yang diharapkan mampu menjadi media komunikasi antar keraton sekaligus sarana untuk merawat dan menjaga keberagaman budaya nusantara.

Tahun ini, Keraton Yogyakarta mengusung tema keprajuritan dalam keikutsertaannya. Pada Kirab Prajurit (9/9), keraton menampilkan Bregada Trunajaya, yaitu kesatuan prajurit yang dibentuk pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I. Rute kirab dimulai dari Lapangan Gaspa dengan titik akhir di Lapangan Pancasila. Usai kirab, seluruh prajurit keraton turut dalam acara pembukaan festival secara resmi oleh Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah.

Pada agenda Peragaan Busana (10/9) yang digelar sore hari, Keraton Yogyakarta memeragakan sepuluh busana prajurit yang saat ini masih dapat disaksikan pada upacara Garebeg. Pada malam harinya, Keraton Yogyakarta menampilkan Beksan Lawung Ageng yang mengusung semangat patriotik para prajurit keraton.

Di samping gelar pertunjukan seni, keraton turut berpartisipasi pada agenda pameran. Pameran ini menyuguhkan dokumentasi prajurit keraton pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VII, film lawas tentang Garebeg Mulud di era Sultan Hamengku Buwono VIII, hingga berbagai visual gambar prosesi Garebeg pada masa Sultan Hamengku Buwono X. Masyarakat dapat menyaksikan kilas balik kesatuan militer keraton yang kemudian berubah menjadi prajurit pengawal kebudayaan.

FKN XIII dihadiri oleh 123 kerajaan dari seluruh pulau di Indonesia termasuk beberapa tamu dari kerajaan negara tetangga, seperti Malaysia. KPH Notonegoro sangat mengapresiasi kegiatan ini sebagai salah satu upaya penting untuk melihat kekayaan budaya di Nusantara. Beliau menitikberatkan bahwa kebudayaan tidak semata-mata dijaga untuk generasi saat ini, tetapi diharapkan dapat diwariskan pada generasi berikutnya.

Merawat kebudayaan tidak hanya terbatas pada melestarikan tradisi, melainkan juga butuh berkolaborasi dengan perkembangan zaman. Dengan demikian budaya akan terus lestari dan tumbuh sesuai dengan perkembangan pola pikir masyarakatnya.