Memasuki Tahun Dal, Singep Kereta Kanjeng Nyai Jimat Diganti saat Jamasan Pusaka

Selasa Kliwon (22/07) atau 26 Sura Dal 1959, area museum di lingkungan Keraton Yogyakarta tampak sepi dari wisatawan. Hal ini berkenaan dengan agenda Hajad Dalem Siraman Pusaka Tahun Dal 1959, sehingga selama 2 hari (22-23 Juli 2025) operasional wisata keraton ditutup sementara. Sejak pagi di kompleks Kedhaton, para Abdi Dalem hilir mudik bersiap untuk ngayahi siraman atau bertugas membersihkan pusaka. 

19 Small

Siraman atau Jamasan Pusaka diawali saat Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 Miyos (hadir di kompleks Kedhaton) untuk menjamas secara langsung pusaka Kanjeng Kiai Ageng Plered, setelah itu secara berkesinambungan semua pusaka-pusaka di keraton mulai dibersihkan, tak terkecuali di Kagungan Dalem Museum Wahanarata. 

9 Small

Pukul 10.00 WIB, usai doa bersama, sekitar 50 Abdi Dalem Kanca Rata dan segenap yang bertugas bergegas melepas singep (kain putih penutup) Kereta Kanjeng Nyai Jimat. Perlahan, kereta tertua milik keraton ini dikeluarkan atau di-miyosaken ke sisi pelataran selatan Kagungan Dalem Wahanarata (Museum Kereta) untuk dibersihkan. Kereta Kanjeng Nyai Jimat dahulu digunakan pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792) hingga Sri Sultan Hamengku Buwono III (1812-1814). Setelah itu kereta ini “dipensiunkan” sebagai kereta kencana Sultan, namun tetap disimpan di keraton sebagai kereta pusaka Kesultanan Yogyakarta.

“Setelah (menerima isyarat) dari keraton, lalu (yang dijamasi) Kereta Kanjeng Nyai Jimat,” ungkap KMT Roto Diwiryo selaku pengirid Abdi Dalem Kanca Rata. 

6 Small

Sementara di sisi lain, tepatnya di pelataran utara Kagungan Dalem Wahanarata, Abdi Dalem Kanca Rata mengeluarkan kereta pendamping. Kanjeng Roto Diwirjo menambahkan bahwa pada tahun ini, Pendherek (kereta pendamping) yang dijamasi adalah Kereta Mandra Juwala dan dilakukan di pelataran utara, tidak seperti tahun lalu yang dilakukan di pelataran timur atau depan museum. Kereta tersebut merupakan peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono III, diproduksi pada tahun 1814 dari Inggris. Setiap tahun total ada dua kereta pusaka yang dijamasi, kereta utama Kanjeng Nyai Jimat dan kereta pendherek yang digilir setiap tahunnya.

Sudah menjadi tradisi, setiap Jamasan Rata (kereta pusaka) mengundang daya tarik masyarakat untuk berbondong-bondong ke Museum Kereta. Puluhan masyarakat ingin mengambil air sisa yang digunakan untuk mencuci kereta. Salah seorang warga dari Wonosobo, Pak Jadi datang ingin ngalap berkah air dari prosesi jamasan kereta yang dipercaya sebagai sarana menyuburkan tanah pertanian. “Air jamasan akan digunakan untuk pertanian,” ungkap Pak Jadi yang hadir bersama rombongan.

11 Small

Seorang wisatawan, Ibu Desi mengaku baru pertama melihat prosesi jamasan, “Saya suka budaya Yogya ini. Untuk air yang disiapkan semoga dipenuhi nilai positif sesuai keyakinan. Semoga budaya Yogyakarta senantiasa langgeng,” jelas Ibu Desi dari Jakarta.

Kanjeng Roto Diwiryo juga menambahkan jika malam sebelum prosesi penyucian kereta, segenap Abdi Dalem Rata, beserta perwakilan Abdi Dalem Radya Kartiyasa dan Reksa Suyasa menggelar doa bersama, 

“Semalam kami mengadakan midodareni, mempersiapkan kelengkapan upacara seperti jeruk nipis, minyak khusus, dan air.”

17 Small

“Tidak hanya itu, Keraton Yogyakarta juga telah menyiapkan kain singep berupa kain mori putih baru sebagai penutup (pelindung) Kanjeng Nyai Jimat yang diganti setiap tahun Dal,” tutup Kanjeng Roto Diwiryo.

22 Small

Di sisi lain, beberapa Abdi Dalem juga melakukan jamasan untuk pusaka vegetasi pohon beringin (Ficus benjamina) yang berada di tengah Alun-Alun Utara, Kiai Dewadaru dan Kiai Jayadaru. Jamasan pohon beringin berupa pemangkasan dahan dan ranting, sehingga tajuknya berbentuk bundar selayaknya payung. Naungan payung ini melambangkan pengayoman yang diberikan keraton pada rakyat. Usai kedua pohon beringin utama dirapikan, secara bergantian dilanjutkan pemangkasan puluhan pohon-pohon beringin lain yang mengelilingi Alun-alun Utara. Siraman Pusaka masih berlanjut hari kedua dan sepenuhnya dipusatkan di dalam kompleks Kedhaton.

12 Small

Secara umum, tujuan dari upacara Jamasan ini adalah membersihkan dan menghormati benda-benda pusaka milik Keraton Yogyakarta agar bersih serta terawat. Tidak hanya itu, prosesi ini juga sebagai sarana preventif kelestarian pusaka dan sarana kuratif apabila ditemukan tanda kerusakan sejak dini sehingga dapat segera dilakukan perbaikan.