Kirab Trunajaya Semarakkan Peringatan Tingalan Dalem Tahun Sri Sultan HB Ka 10
Memperingati Tingalan Dalem Taun (ulang tahun Sultan dalam perhitungan tahun Jawa) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat mempersembahkan Kirab Trunajaya. Berdasarkan tahun Jawa saat ini, Sri Sultan telah genap menapaki usia ke-82 tahun. “Tahun lalu digelar bulan Maret untuk memperingati Tingalan Jumenengan Dalem atau peringatan kenaikan takhta Ingkang Sinuwun, sedangkan tahun 2025 digelar dalam rangka memperingati Tingalan Dalem Taun Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10,” ungkap KPH Notonegoro.

Agenda mangayubagya Tingalan Dalem Taun, diawali dengan Kirab Trunajaya yang bermula dari Gedung DPRD DIY menuju Bangsal Pagelaran pada Rabu Pahing (22/10). Tidak kurang dari 52 ekor kuda yang ditunggangi sebagian besar para Trunajaya tersebut memulai kirab pada pukul 16.00 WIB.
Terdapat hal baru dalam Kirab Trunajaya tahun ini dan menjadi pembeda dari kirab tahun lalu. Turut dikirab dua kereta pusaka, yakni Kereta Landower rakitan Surabaya dengan kusir KMT Rotodiwiryo dan Kereta Permili yang dikendalikan oleh ML Roto Prasetya. Masing-masing kereta tersebut ditarik oleh empat ekor kuda, sehingga 60 ekor kuda beriringan menuju Bangsal Pagelaran Keraton Yogyakarta. Sedangkan para penari Beksan Trunajaya genap berjumlah 80 orang.

Beksan Trunajaya menempati posisi istimewa di Keraton Yogyakarta. Keberadaannya menjadi sentral dan induk dari seni tari putra di Keraton Yogyakarta. Bahkan saat dilangsungkannya resepsi pernikahan bagi para putra atau putri Sri Sultan, Beksan Lawung Ageng akan mewakili kehadiran Sri Sultan di Kepatihan. KPH Notonegoro sebagai Penghageng Kawedanan Kridhamardawa menambahkan bahwa, “Beksan Trunajaya merupakan mahakarya Yasan Dalem (ciptaan) Sri Sultan Hamengku Buwono I yang terdiri dari tiga tarian, yakni Beksan Lawung Alit, Beksan Lawung Ageng, dan Beksan Sekar Medura.”
Sepanjang Jalan Malioboro telah dipadati oleh ribuan wisatawan dari dalam dan luar negeri setelah steril dari kendaraan bermotor sejak pukul 13.00 WIB. Putri, salah satu wisatawan mengaku datang dari Solo untuk menyaksikan pergelaran ini, “Saya datang dari Solo naik KRL memang khusus buat menonton Kirab Trunajaya bersama teman. Nanti juga mau nonton Beksan Trunajaya, Alhamdulillah kemarin war reservasi online kita berdua bisa dapat.”

Tepat pukul 16.00 WIB, korps musikan prajurit dan Bregada Wirabraja mulai membuka jalan. Mengikuti kemudian Kereta Landower Surabaya, para Trunajaya, dan kemudian Kereta Permili. Dua kereta pusaka milik Keraton Yogyakarta tersebut terakhir digunakan lebih dari satu dekade yang lalu saat pernikahan GKR Hayu dan KPH Notonegoro. “Saya seringnya lihat tari dan Wayang Wong saja di Pagelaran, tapi kan jarang ya ada kirab seperti ini. Jadi ya ini disempatkan datang sejak siang buat lihat jejak sejarah dan budaya. Untung juga lagi tidak panas jadinya enak,” tambah Putri.

Tidak hanya menghadirkan kesatuan dari dalam tembok Keraton Yogyakarta, Kirab Trunajaya turut menggandeng enam bregada rakyat dan satu bregada pelajar. Bregada yang berisikan masing-masing 35 orang tersebut berjalan beriringan setelah Kereta Premili. Dimulai dari Prajurit Jogja, Bregada Rakyat Sembada Sleman, Bregada Rakyat Projotamansari Bantul, Bregada Rakyat Suroatmojo Kota Yogyakarta, Bregada Rakyat Klono Cipto Wening Gunung Kidul, dan Bregada Niti Manggala Kampung Wisata Gedongkiwo. Sedangkan Bregada Pelajar Bara Manggala dari SMKN 3 Yogyakarta menutup agenda Kirab Trunajaya tahun 2025.

MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas