Tamanan Seri 47, Tutorial Lompat Tali

Tahukah kalian bahwa permainan lompat tali, ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang? Meskipun sulit untuk menentukan secara pasti kapan dan di mana tepatnya permainan ini pertama kali muncul, jejak-jejaknya dapat ditemukan di berbagai budaya dan peradaban kuno. Beberapa catatan sejarah menunjukkan adanya permainan serupa di Mesir Kuno dan Yunani Kuno, di mana tali yang digunakan terbuat dari serat tumbuhan atau kulit binatang.

Seiring waktu, permainan ini menyebar ke berbagai belahan dunia dan menjadi bagian dari kegiatan rekreasi anak-anak. Di Indonesia, lompat tali telah menjadi permainan tradisional yang akrab di kalangan anak-anak dari berbagai generasi. Kesederhanaannya, hanya membutuhkan seutas tali dan semangat untuk melompat, menjadikannya permainan yang mudah diakses dan dimainkan di mana saja.

Image02

Lebih dari sekadar permainan yang menyenangkan, lompat tali ternyata menyimpan segudang manfaat yang luar biasa untuk stimulasi tumbuh kembang anak, baik dari segi fisik maupun mental. Mari kita telaah satu per satu.

Manfaat Fisik

  1. Melatih Koordinasi dan Keseimbangan
    Saat melompat, anak belajar untuk menyelaraskan gerakan kaki, tangan, dan mata. Mereka juga melatih kemampuan menjaga keseimbangan tubuh agar tidak terjatuh saat melompat dan mendarat.
  1. Meningkatkan Kekuatan Otot
    Gerakan melompat secara berulang akan memperkuat otot-otot kaki, terutama betis dan paha. Selain itu, ayunan tali juga melatih kekuatan otot lengan dan bahu.
  1. Mengembangkan Keterampilan Motorik Kasar
    Lompat tali merupakan latihan yang baik untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar, yaitu kemampuan menggerakkan otot-otot besar tubuh secara terkoordinasi.
  1. Melatih Kelincahan dan Ketangkasan
    Permainan ini menuntut anak untuk bergerak cepat dan lincah dalam menghindari tali yang berputar. Hal ini secara tidak langsung melatih refleks dan ketangkasan mereka.
  1. Melatih Motorik Halus
    Saat meronce karet anak-anak dilatih untuk dapat menggerakkan kemampuan jari-jemarinya.

Image03

Semua proses di atas dapat memperkuat mental anak, selain itu dapat meningkatkan konsentrasi, fokus, melatih kesabaran, menjadi lebih gigih, meningkatkan kepercayaan diri serta keterampilan sosial. 

Selama pendampingan, orang tua dapat mengajak anak untuk berlatih motorik halus dengan meronce karet dan juga melatih motorik kasar dengan bermain lompat tali setelahnya. Melibatkan anak-anak lain untuk bermain bisa menjadi salah satu cara bagi anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.

Image04

Melalui video edukasi kali ini, Keraton Yogyakarta mengajak orang tua dan masyarakat untuk turut serta melestarikan permainan tradisional sebagai bentuk stimulasi anak. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta senantiasa mengimbau masyarakat dengan bijak dalam menerapkan penggunaan gawai untuk anak usia dini. Perihal ini sesuai anjuran American Association of Pediatrics (AAP), anak-anak diperkenankan menonton video dengan catatan waktu (maksimal 1 jam sehari) dan pendampingan orang tua. Anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya tidak mendapatkan paparan gawai sama sekali.

Selama pendampingan, orang tua dapat mengajak anak berinteraksi tentang video edukasi yang baru saja dilihat. Interaksi antara keduanya dapat dibangun dengan mengajukan pertanyaan atau diskusi dan praktik, sehingga terjadi proses timbal balik. Proses pendampingan orang tua dalam setiap kegiatan belajar dan tumbuh kembang anak menjadi salah satu kunci keberhasilan pengasuhan. 

Simak video edukasi Tutorial Lompat Tali selengkapnya melalui kanal YouTube: Kraton Jogja