KRT Sudarto Danarto, Kahartakan Danartapura: Bangga dan Bahagia menjadi Abdi Dalem

Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sudarto Danarto adalah gambaran kesetiaan dan pengabdian tulus. Bergabung sejak 1988, hingga kini KRT Sudarto Danarto masih turut aktif menjalankan roda administrasi Keraton Yogyakarta, terutama dalam bidang keuangan.

Pria bernama asli Sudarto ini mengawali pengabdiannya dengan menjalani sowan bekti untuk calon magang di Pecaosan Tamanan, sebuah kantor jaga di kompleks Tamanan. Tugasnya saat itu adalah menjaga kori atau pintu gerbang, bergiliran dengan Abdi Dalem Pecaosan yang lain. Abdi Dalem Pecaosan wajib caos atau menghadap dan bertugas sepuluh hari sekali. Setiap kali caos mereka akan berada di tempat tugasnya selama 24 jam. 

Tahun 1991, Sudarto menjalani magang dan tahun 1994 diangkat sebagai Abdi Dalem dengan pangkat jajar. Secara berkala pangkatnya naik menjadi bekel anom, bekel sepuh, lurah, penewu, wedono, riyo bupati, bupati anom, bupati sepuh, hingga sekarang bupati kliwon. 

Tahun 2011, saat berpangkat lurah, ia dipindahtugaskan ke Kawedanan Danartapura (divisi keuangan keraton) sebagai asisten kahartakan (bendahara). Waktu itu ia sudah dua tahun purnatugas sebagai ASN di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai kahartakan dan masih mengemban jabatan itu hingga sekarang. Penugasan sebagai kahartakan di Danartapura sesuai dengan latar belakang pendidikan Sudarto sebagai lulusan Sekolah Administrasi Niaga dan Negara, Jurusan Akuntansi. 

Figur Januari Web 3

Kahartakan Danartapura

Secara struktural Kawedanan Danartapura berada di bawah payung besar Kawedanan Hageng Panitrapura. Kawedanan Hageng ini bertindak sebagai badan kesekretariatan dan menangani administrasi keraton. 

Tugas utama Kahartakan Danartapura adalah menyusun rantaman kegiatan yang dikumpulkan setiap bulan oleh semua kawedanan yang ada di keraton. Setelah rantaman atau rancangan tersebut disetujui oleh Penghageng Panitrapura, Abdi Dalem di Danartapura akan merangkum, menyusun, serta menjumlahkan biaya yang diperlukan oleh setiap kawedanan serta memberikan dana yang dimohonkan. 

“Kami menghubungi semua kawedanan untuk menerima uang belanja kegiatan. Ini dilakukan setiap bulan dua kali,” jelas KRT Sudarto Danarto. Selain menyalurkan uang kegiatan, Danartapura juga mendistribusikan Paringan Dalem Kekucah atau gaji dan honorarium untuk semua Abdi Dalem serta staf. 

Tak hanya itu saja, dana sosial dan pralenan (iuran dana kematian) juga diurusi oleh Danartapura. “Nanti ketika Abdi Dalem yang bersangkutan meninggal dunia, keluarganya akan mendapat santuan. Selain itu ada witardana. Itu berkaitan dengan (santunan) kesehatan.”

Setiap urusan dipegang oleh petugas berbeda. Dengan demikian, terdapat staf khusus yang bertanggung jawab atas witardana, rantamharta, pelaporan, kekucah, dan lain sebagainya. Selain itu ada pula petugas kearsipan, persuratan, dan rumah tangga. 

“Semua kegiatan yang ada di keraton masuknya ke Danartapura pelaporannya,” tutur KRT Sudarto Danarto. 

Menjalankan Dhawuh dengan Ikhlas

Dengan sekitar 3.000 Abdi Dalem yang mengabdi di keraton, tentu administrasi keuangan tidak sederhana. Namun, KRT Sudarto Danarto tidak merasakan kesulitan yang berarti. Kalau pun ada, ia menganggapnya sebagai hal biasa. “Seandainya saya tidak bisa merampungkan, saya tetap (melaporkan) ke atas, konsultasi bagaimana menyelesaikannya, tetapi pada prinsipnya tidak ada yang sulit.” 

Menurutnya, hal tersebut dikarenakan ia telah terbiasa mengerjakan tugas-tugas administrasi dan keuangan selama bekerja di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Di perguruan tinggi tersebut ia awalnya bekerja di bagian keuangan lalu pindah ke LPM (Lembaga Pengabdian Masyarakat). 

“Saya di ISI dari tahun 1982. Jadi saya sudah bekerja di ISI saat melamar sebagai Abdi Dalem. Saya sampaikan kepada Pengirit Abdi Dalem bahwa saya sowan-nya ke keraton setelah habis mencari upo.”

Di LPM, ia berkewajiban mendampingi mahasiswa dan dosen menjalani Kuliah Kerja Nyata di berbagai wilayah di Indonesia hingga ke pelosok. Ia di antaranya pernah ditugaskan ke Aceh dan Lombok. Ia mengakui pekerjaan tersebut melelahkan, tetapi juga sangat menyenangkan. 

Sudarto tampaknya mencintai semua hal yang ia jalani. Di keraton pun ia menikmati pekerjaannya. “Dari rumah ke keraton rasanya senang sekali, betul. Kalau di keraton itu rasanya enak. Senang. Saya sendiri heran. Kok saya bisa enjoy banget ya di keraton. Tidak ada rasa terpaksa.” 

Menjadi Abdi Dalem ia akui mendatangkan kebanggaan khusus. 

Jam kerja KRT Sudarto Danarto di Danartapura berlangsung setiap hari pukul 09:00 – 14:00 WIB. Seperti sewaktu mengabdi di pecaosan, ia selalu siap menjalankan dhawuh (perintah). “Saya selalu sendika.”

Ia juga menikmati interaksi dengan sesama Abdi Dalem, termasuk senda gurau di antara mereka. Sewaktu di pecaosan ia biasa menemui tamu-tamu dengan berbagai perilaku yang terkadang aneh, seperti meminta bertemu Ngarsa Dalem saat itu juga. Bagi KRT Sudarto Danarto, hal-hal semacam itu sudah biasa dan ia tetap tenang menghadapinya. 

Di sisi lain, ia merasa tersentuh melihat ketekunan dan keikhlasan rekan-rekan Abdi Dalem. “Saya lihat kalau ada dhawuh, mereka menjalani dengan ikhlas. Dengan (cara) berjalan yang begitu menghormati. Betul-betul meresap dalam semua lampah dan tingkah laku. Di dalam keraton, mereka menghaturkan sembah dengan tulus, tidak terpaksa.”

Figur Januari Web 2

Motivasi Internal dan Eksternal

Tumbuh di lingkungan njeron beteng merupakan salah satu motivasi yang menggerakkan Sudarto untuk menjadi Abdi Dalem. “Saya merasa sebagai Kawula Dalem karena saya tinggal di lingkungan benteng keraton. Sebagai Kawula Dalem, (saya merasa) harus dan ingin mengabdi dan menjaga kebudayaan.”

Selain itu, ia juga termotivasi oleh neneknya yang bekerja sebagai Abdi Dalem. “Waktu saya masih kecil, teringat kalau saat beliau mau berangkat (ke keraton). Saya lihatnya, kok menyenangkan,” kenangnya.

Perjalanan hidup rupanya selalu mendekatkan Sudarto dengan dunia Abdi Dalem. Ia berjodoh dengan gadis yang merupakan anak dari pasangan Abdi Dalem. Tak pelak, ayah tiga putra ini mendapat dukungan penuh dari keluarganya untuk mengabdi di keraton. Kedua mertuanya bangga memiliki menantu Abdi Dalem. “(Mertua) senang sekali saya menjadi Abdi Dalem. Bahkan sampai ingin menyampaikan ke teman-teman sesama Abdi Dalem.” 

Bila dirunut, KRT Sudarto Danarto merupakan keturunan Amangkurat IV (Raja Mataram yang memerintah di Kartasura 1719-1726), sementara istrinya termasuk bertalian darah dengan Sri Sultan Hamengku Buwono II.

Kini salah satu putra Sudarto mengikuti jejak dengan menjadi Abdi Dalem Pengulon dan sampai saat ini Sudarto beserta keluarganya masih tinggal di Purbonegaran, permukiman yang berada di dalam benteng keraton. 

Olahraga dan Musik

Semasa muda, KRT Sudarto Danarto gemar berolahraga. Ia menyukai biliar, catur, dan pingpong. Setelah memasuki masa lansia, ia memilih jalan kaki sebagai olahraga harian. Ia biasa mengambil rute di sekitar tempatnya tinggal. Ia juga gemar mendengarkan musik tanpa terbatas pada genre atau penyanyi tertentu.  Ia menyebut Koes Ploes dan The Mercy’s di antara banyak band yang ia dengarkan lagu-lagunya. 

Waktu luangnya banyak ia nikmati bersama keluarganya di rumah dan terkadang berekreasi di luar. Ia tetap menyempatkan untuk mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Ia bahkan sempat menjabat sebagai Ketua RW pada 2004 – 2009. 

Terhadap generasi penerus, ia memiliki harapan agar mereka mengambil peran dalam melestarikan budaya lokal, untuk mendukung keberlangsungan pusat budaya keraton dan pengembangan pariwisata Yogyakarta. Tak berharap semata, Sudarto aktif bergerak di lingkungannya untuk memajukan bidang seni dan budaya. Ia tak memiliki keinginan selain berumur panjang, sehat, dan dapat terus berkarya.