Ladosan Dhahar Dalem

Terdapat tata cara khusus bagi hidangan Sultan dan keluarga, baik dalam pembuatan maupun penyajian. Setelah hidangan selesai dibuat, beberapa Abdi Dalem datang ke dapur keraton untuk memulai prosesi penyajian hidangan bagi Sultan. Di lingkungan Keraton Yogyakarta, prosesi yang telah menjadi tradisi harian sejak dahulu hingga sekarang ini dikenal dengan istilah Ladosan Dhahar Dalem.

9

Pada prosesi tertentu, Para Mantu Dalem turut membantu melakukan pengecekan makanan.

Penyajian Dhahar Dalem 

Secara umum Ladosan Dhahar Dalem memiliki tata cara sebagai berikut, hidangan yang terdiri dari nasi, sayur, lauk pauk, dan buah-buahan dimasukkan dalam sebuah kotak dari kayu yang dinamakan jodhang. Jodhang kemudian dibawa dengan cara dipikul oleh dua orang Abdi Dalem Gladhag dan dipayungi dengan payung berwarna kuning keemasan. Abdi Dalem Keparak turut mengiringi rombongan tersebut. Mereka membawa nampan berisi makanan dan minuman pendamping yang juga dipayungi. Selain berfungsi untuk melindungi makanan, payung juga merupakan simbol permintaan perlindungan dari Tuhan. Doa agar makanan tersebut selamat sampai dihidangkan di depan Sang Raja. Iring-iringan  ini kemudian berjalan bersama menuju kediaman pribadi Sultan saat ini, yakni Keraton Kilen.

11

GKR Hemas duduk bersila di dekat Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Ladosan Dhahar Dalem disajikan di Gedhong Jene. Prosesi yang dilakukan tidak berbeda dengan saat ini. Jodhang berisi hidangan dibawa ke tempat tinggal Sultan untuk disajikan. Makanan dan minuman tersebut disajikan oleh  para istri dibantu para bedhaya, Abdi Dalem yang memiliki tugas menari dan melayani istri Sultan. Mereka membawa hidangan dengan laku dhodhok menuju meja penyajian. Setelah selesai mengatur hidangan untuk Sultan, para istri duduk bersila di dekat beliau.

Pada era Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, Ladosan Dhahar Dalem berada di Ngindrakila. Gedhong Ngindrakila yang berlokasi di belakang Gedhong Jene merupakan tempat caos (piket) para Bupati. Saat ini, Gedhong Ngindrakila sudah tidak ada.  Ada tiga Abdi Dalem yang akan menyajikan hidangan satu per satu pada meja di hadapan Sultan. Setelah menyajikan makanan, ketiga Abdi Dalem tersebut tetap berdiri di dekat meja makan. Mereka siaga siap membantu apabila dibutuhkan. Kemudian saat Sultan menyantap makanan, Abdi Dalem menunggu di belakang Sultan dengan posisi duduk bersila. Selain Abdi Dalem yang bertugas melayani, Sultan juga ditemani oleh Abdi Dalem Oceh-Ocehan yang menghibur Sultan dengan obrolan di antara mereka. Konon, Abdi Dalem Oceh-Ocehan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal genre lawak Dagelan Mataram.

 

Perlengkapan Makan dan Minum Sultan 

Untuk Ladosan Dhahar Dalem sehari-hari, perlengkapan yang digunakan adalah sebagai berikut: 

  1. Perlengkapan makan terdiri atas: piring jegong, yang memiliki permukaan cekung; piring ceper besar dan kecil; piring berbentuk bulat panjang untuk tempat sayur; besi, mangkuk bulat dan berkaki, terbuat dari porselin, untuk makanan berkuah; cething, tempat nasi; aglik, tempat buah berbentuk bulat dan berkaki, terbuat dari porselin; dan wijikan, tempat untuk cuci tangan; serbet
  2. Peralatan untuk mengambil makan terdiri dari: enthong, sendok sayur, sendok makan, garpu, dan pisau. Semua peralatan ini diletakkan dalam nampan persegi yang terbuat dari emas. 
  3. Untuk perlengkapan minum terdiri atas: satu set cangkir keramik berwarna merah muda, sendok emas, tempat gula, dan teko bergagang emas. Semua perlengkapan minum diletakkan dalam nampan dari emas berbentuk oval. Pada era Sri Sultan Hamengku Buwono IX terdapat tambahan ceret yang dinamakan Kyai Miji.

Secara umum, rangkaian  Ladosan Dhahar Dalem setiap Sultan memiliki tata cara yang sama.  Namun demikian, rangkaian urutan dan aturan ini memang bersifat tidak baku. Ketentuan tersebut cenderung luwes karena menyesuaikan dengan masing-masing Sultan dengan kebiasan makan berbeda.

 


Daftar Pustaka:
Murdijati Gardjito. 2017. Kuliner Yogyakarta – Pantas dikenang Sepanjang Masa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Murdijati Gardjito, dkk. 2010. Menu Favorit Para Raja. Yogyakarta : Kanisius
Kersanan Dalem – Dokumenter tentang Kuliner Kesukaan Para Raja, produksi Dinas Kebudayaan DIY dan   Oranye Production pada 2014
Wawancara Nyi KRT Hamong Tejonegoro pada Oktober 2017
Wawancara KRT Kusumanegara pada November 2017