Srimpi Merak Kesimpir
- 30-06-2025

Kandha
Sebet byar wauta, anenggih ingkang kawiyosaken punika Lelangen Dalem Srimpi. Karsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati Ing Ngalaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping Wolu.
Karsa Dalem ingkang dadya pamudyaning kandha, mundhut cariyosipun Serat Ringgit Purwa, nalikanira Dewi Wara Srikandhi tinandhing ing ayuda kaliyan garwanira satriya madukara Raden Janaka, akekasih Dewi Larasati. Wodene sasaniskaranira sampun kocap wonten Kagungan Dalem Serat Pasindhen sedaya.
Wauta para winayaning beksa, sareng wus umarek ing ngabyantara nata. Dhasar sami endah ingkang warna, rinengga sakliring busana. Yen tinon saking andamukaning pangikswa lir peksi merak ngigel ing papan.
Terjemahan
Bersegeralah, yang sedang ditampilkan saat ini, tarian kegemaran raja, Srimpi. Digagas Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senapati Ing Ngalaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama Kalifatullah yang bertakhta ke delapan.
Karya raja yang menjadi kisah puji-pujian, menukil dari cerita Serat Ringgit Purwa, ketika Dewi Wara Srikandhi bertanding perang dengan istrinya kesatria Madukara Raden Janaka (Arjuna), (yang) bernama Dewi Larasati. Adapun semuanya sudah diceritakan di dalam Kagungan Dalem Serat Pasindhen seluruhnya.
Dimulai dengan cepat (oleh) para paraga beksa (tari), setelah saling maju di hadapan raja. Memang dasarnya semua indah/ayu rupanya, berhiaskan seluruh busana. Jika dilihat dengan mata, manisnya bagaikan burung merak (yang) memekarkan ekornya di tempat.
Sejarah
Pada pergelaran Uyon-Uyon Hadiluhung edisi 4 Sura Dal 1959 atau 30 Juni 2025, Keraton Yogyakarta mempertunjukan Srimpi Merak Kesimpir. Nama tari tersebut diambil dari gendhing pengiring utama, yakni Gendhing Merak Kesimpir Laras Pelog Pathet Nem. Dalam bahasa Jawa “merak kesimpir” berarti burung merak yang merentangkan atau mengepakkan sayap.
Catatan tentang Srimpi Merak Kesimpir dapat ditemukan dalam manuskrip Serat Pasindhen Bedhaya utawi Srimpi dengan kode naskah B/S 14 dan kandha yang termuat dalam Serat Kandha Bedhaya Utawi Srimpi dengan kode B/S 15. Kedua manuskrip disimpan di Kagungan Dalem Perpustakaan Kawedanan Punakawan Widyabudaya. Menurut catatan, srimpi tersebut merupakan karya (Yasan) Sri Sultan Hamengku Buwono VII (1877 – 1921) yang kemudian dihadiahkan kepada sang putra, GRM (Gusti Raden Mas) Sujadi (kelak bertakhta sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921 – 1939)).
Srimpi Merak Kesimpir menukil kisah Mahabharata ketika Dewi Srikandhi putri Negara Cempalaradya dilamar oleh Raden Harjuna. Sebelumnya, Srikandhi bertarung dengan Dewi Larasati putri Raja Mandrasena dari Magada, sebelum bersedia lamaran Raden Harjuna. Keduanya sama-sama memiliki kesaktian, berjiwa prajurit, dan berparas cantik. Sementara, Merak Kesimpir melambangkan pesona kasih Raden Harjuna ketika melamar Dewi Srikandhi.
Salah satu narasi kandha dalam Srimpi Merak Kesimpir berbunyi sebagai berikut.
“Wondene ingkang dadya tepa palupining kandha, amundhut cariyos Mahabarata. Nalikanipun satriya ing Kasatriyan Madukara, enggen Radyan Harjuna, karsa hamangun palakrama. Nengna sang Dewi Larasati, arsa tandhing yuda mengsah putri saking Cempalaradya, rum-arum Dyah Dewi Srikandhi.”
“Adapun lakon ini diambil dari cerita Mahabharata. Ketika kesatria dari Kasatriyan Madukara, yakni Raden Harjuna, ingin membangun rumah tangga. Tersebutlah sang Dewi Larasati yang akan menghadapi putri Cempalaradya, yakni Dewi Srikandhi.”
Srikandhi bersedia menerima lamaran Raden Harjuna dengan syarat ada prajurit perempuan yang mampu menandingi kesaktiannya. Larasati, murid Raden Harjuna di Widara Kandhang, patiban sampur (ditunjuk) oleh Raden Harjuna untuk maju memenuhi tantangan itu, seperti diuraikan dalam cakepan gerongan Gendhing Merak Kesimpir, “Engge, kalanira, Srikandhi kinamber yuda. Haminangka patibaning sampiring krama lan pawongan tinengran Dyah Larasatya.” Yang diterjamahkan, “Digunakan, saat dia, Srikandhi bertarung (dalam) peperangan. Sebagai pengikat/perekat suami dan selir bernama Dyah Larasati.” Kedua prajurit unggulan itu pun berhadapan di medan laga untuk beradu keterampilan menggunakan senjata.
Komposisi Iringan
Lagon Penunggul Laras Pelog Pathet Nem mengiringi penari memasuki Bangsal Kasatriyan untuk menempatkan diri pada gawang atau posisi masing-masing. Sebagai pengiring kapang-kapang maju dilantunkan Ladrang Gati Hendra Kusuma Laras Pelog Pathet Nem. Sementara, Ladrang Gati Gatra Wirama Laras Pelog Pathet Nem diperdengarkan sebagai pengiring kapang-kapang mundur, saat penari selesai mempertunjukan tarian.
Gendhing pengiring tari selanjutnya dimulai dengan Bawa Swara Sekar Mijil Rara Manglung Laras Pelog Pathet Nem, dilanjutkan Gendhing Merak Kesimpir Laras Pelog Pathet Nem, dhawah Ladrang Sekar Pepe, dan Ketawang Cendhani Laras Laras Pelog Pathet Nem. Tarian ini menyesuaikan format Uyon-Uyon Hadiluhung dan memadatkan durasi sekitar 45 menit, sehingga rangkaian Gendhing Merak Kesimpir dipadatkan dari 18 gongan menjadi 6 gongan, Ladrang Sekar Pepe dari 18 gongan menjadi 7 gongan, dan Ketawang Cendhani Laras dari 47 gongan menjadi 17 gongan.
Komposisi dan Ragam Gerak
Dalam repertoar ini, Srimpi Merak Kesimpir ditampilkan dengan anggun oleh empat penari putri, dan diiringi oleh empat penari dhudhuk yang membawakan jemparing (panah).
Seperti umumnya tari srimpi di Keraton Yogyakarta, Srimpi Merak Kesimpir juga ditampilkan dengan pola urutan maju gawang, pokok, dan mundur gawang. Maju gawang merupakan adegan masuknya penari ke arena pentas, tarian pokok yang menggambarkan inti cerita, dan mundur gawang sebagai keluarnya penari dari panggung pergelaran.
Srimpi Merak Kesimpir secara umum dibawakan dengan ragam gerak, antara lain sembahan, ndhodhok ajeng-ajengan, ukel asta, gidrah, lampah imbal, ngoyog panggel tengen, mayuk jinjit nyangkol kiwa lan tengen, lembehan sirig mundur, tinting kiwa lan tengen, ngancap cathok kalih menengah, ungkur-ungkuran, ngundhuh sekar, ngancap minggir, nyeta jemparing, ongkek, nyamber kiwa lan tengen, menthang jemparing, ngembat, srimpet tengen, kengser, njemparing sareng.
Busana dan Properti
Pada umumnya, penari srimpi di Keraton Yogyakarta dipoles dengan tata rias paes ageng atau jamang dengan bulu-bulu. Sementara busana penari mengenakan; kampuh ageng, mekak pita atau rompen atau rompi beludru.
Tak begitu lama, Keraton Yogyakarta pernah menampilkan Srimpi Merak Kesimpir dengan busana rompen (rompi) dan perhiasan jamang dilengkapi bulu pada Gelar Catur Sagotra Tahun 2017. Pada Festival Kebudayaan Yogyakarta 2021, Keraton Yogyakarta menampilkan Srimpi Merak Kesimpir dengan busana rompen dan tata rias paes ageng.
Dalam sajian Uyon-uyon Hadiluhung kali ini, para penari Srimpi Merak Kesimpir mengenakan busana gladhen (busana latihan). Tata rambutnya berupa ukel tekuk lugasan dan tleseban praja cihna berwarna emas di sebelah kanan sanggul. Sedangkan, busana yang dikenakan adalah semekan ubed-ubed bermotif semen berlatar hitam dan kain motif parang rusak klithik parikesit bergaya seredan. Penari dilengkapi sonder gendala giri serta menyelipkan properti kestul (pistol kecil) dan keris (duwung) sebagai dedamel piyandel (senjata pribadi). Sedangkan properti jemparing yang digunakan dalam adegan peperangan, dibawakan terlebih dahulu oleh penari dhudhuk. Ketiga properti tersebut sama-sama digunakan dalam adegan peperangan. Pistol merupakan bentuk pengaruh budaya Eropa yang diadaptasi di Keraton Yogyakarta. Sementara, para penari dhudhuk menggunakan kain motif larasati yang dipakai dengan gaya pinjungan dan udhet (kain sondher kecil) gendhala giri berwarna kuning.
Pada tahun 1918, Sri Sultan Hamengku Buwono VIII memberi dukungan moril terhadap berdirinya sanggar tari Krida Beksa Wirama. Pada 1922, putra-putri Sri Paku Alam VII turut menjadi siswa di sanggar tersebut. Salah satu tari yang diajarkan adalah Srimpi Merak Kesimpir. Tahun 1926, Sri Mangkunagoro VII mengirim dua putrinya, RA Siti Nurul dan RA Partinah untuk belajar menarikan Srimpi Merak Kesimpir di sanggar tersebut. Sementara itu, pada 1928, Susuhunan Paku Buwono X mengirim delapan penari bedhaya srimpi Kasunanan ke Yogyakarta untuk juga mempelajari tarian itu. Kepiawaian mereka menari dipertunjukan di hadapan Susuhunan Paku Buwono X saat beliau merayakan hari ulang tahun. Keanggunan tarian Srimpi Merak Kesimpir telah mengundang decak kagum hingga keluar Keraton Yogyakarta.
Daftar Pustaka
Arif E. Suprihono. 1995. Tari Srimpi: Ekspresi Budaya Para Bangsawan Jawa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
H. R. Mangunsong. (2021). Analisis Teknik Gerak Tari Tradisional dengan Menggunakan Ilmu Kinesiologi. Gelar: Jurnal Seni Budaya, 18(2), 72–77.
Jennifer Lindsay, dkk. 1994. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2 Kraton Yogyakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kagungan Dalem Serat Pasindhen Bedhaya utawi Srimpi (B/S 14), Koleksi Kapustakan Kawedanan Widya Budaya, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Kagungan Dalem Serat Kandha Bedhaya utawi Srimpi (B/S 15), Koleksi Kapustakan Kawedanan Widya Budaya, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
MRiyo Susilomadya. 2025. Serat Vokal Serimpi Merak Kesimpir – Uyon-Uyon Hadiluhung 30 Juni 2025. Yogyakarta: Kawedanan Kridhomardowo Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Moeljono. 1984. RWY Larasumbogo: Karya dan Pengabdiannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Susiyanti. 1990. Studi Analisis Koreografi Srimpi Merak Kesimpir Gaya Yogyakarta. Skripsi. ISI Yogyakarta
W.J.S Poerwadarminta. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B Wolters’ Uitgevers. Maatschappij. N.V. Groningen.
Daftar Wawancara
Wawancara dengan Mg Taruna Dharma Jati pada 16 Juni 2025
Wawancara dengan RRiyo Condroningrum pada 16 Juni 2025
Wawancara dengan MJ Citrosumekto 18 Juni 2025