Golek Jangkung Kuning

Golek Jangkung Kuning adalah salah satu tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh KRT Wiroguno pada tahun 1931. KRT Wiroguno merupakan seorang seniman besar pada era Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939). Beksan (tari) Golek lahir di luar cepuri keraton dan berkembang di Ndalem-ndalem Pangeran. Beksan Golek semula dipentaskan sebagai penutup pertunjukan Langendriya, kemudian tarian ini berdiri sendiri. Beksan Golek dibawakan oleh penari putri tunggal, namun bisa juga ditarikan secara berkelompok.

Seperti Beksan Golek pada umumnya, Golek Jangkung Kuning menggambarkan tingkah laku (solah bawa) seorang gadis remaja yang senang merawat tubuh (ngadi salira) dan bersolek (ngadi busana). Golek Jangkung Kuning berasal dari kata jangkung dan kuning. Jangkung berarti tinggi, sedangkan kuning berarti warna kuning. Pendapat lain menyatakan bahwa Jangkung Kuning berasal dari sebutan Murjangkung dan Koneng. Murjangkung disematkan kepada Jan Pieterszoon Coen, seorang yang bertubuh tinggi. Jan Pieterszoon Coen menjabat sebagai Gubernur Jenderal Belanda di Batavia pada zaman Sultan Agung. Sementara koneng berasal dari bahasa Belanda yang berarti raja atau penguasa.

Penari pertama yang menarikan Golek Jangkung Kuning merupakan seorang pasindhen bernama Berko atau Nyi Lurah Langenjiwa. Nyi Lurah Langenjiwa memiliki perawakan gemuk, tinggi besar, kuning serta berparas cantik.

Jangkung Kuning 08032021 01

Iringan Musik

Sebagaimana tari srimpi dan golek pada umumnya, Golek Jangkung Kuning mengambil nama dari gendhing pokok pengiringnya yaitu Gendhing Jangkung Kuning. Gendhing tersebut sudah ada sejak Sultan Agung memimpin Kerajaan Mataram, sehingga baik di Surakarta maupun Yogyakarta memiliki kesamaan nama gendhing, namun berbeda garap atau teknik yang digunakan.

Gendhing Jangkung Kuning gaya Yogyakarta mulanya diciptakan sebagai Gendhing Klenengan (pentas karawitan). Namun seiring dengan kebutuhan gendhing tersebut juga disajikan sebagai Gendhing Beksan (iringan tari).

Adapun urutan gendhing yang dibawakan adalah Lagon Wetah Pelog Barang, Ladrang Kembang Kates Pelog Barang, Lagon Jugag Pelog Barang, Gendhing Jangkung Kuning Pelog Barang, Kebar Arum-Arum Pelog Barang, Lagon Jugag Pelog Barang, Ladrang Kembang Kates Pelog Barang, dan Lagon Jugag Pelog Barang.

Ragam Gerak Tari

Golek Jangkung Kuning dibawakan dalam ragam gerak antara lain sembahan, kapang-kapang encot, kicat cangkol udhet, nggrudha, pendhapan, ngadi salira dan ngadi busana (adus blumbang mbiyak toya, adus sarwi raup, adus sarwi kraos asrep sedhakep, adus ciblon, gelungan, pupuran, borehan, tapihan, kembenan, atrap jamang dan sumping, dolanan ali-ali, atur-atur, mlambah obah lambung megol, lembehan, dolanan udhet, sekar suwun, ingsetan mubeng ngilo), lampah sekar ongkek, mlampah pinjalan miwir udhet, menjangan rangkah mlampah genoh, mlampah ngundhuh sekar glenoh-glenoh, mlampah pijalan dolanan sekar, mlampah ngembat tangan, mlampah glewang-glewang bapang kethoprak, kipat sondher, kekepet mlampah pinjalan, lembehan gedheg, kicat gajah ngoling lamba, mlampah kipat tangan, dan leyekan.

Daya tarik Golek Jangkung Kuning ditampilkan pada saat ngadi salira, hal tersebut diwujudkan dalam ragam gerak adus (mandi) dan ragam gerak berdandan, seperti gelungan, pupuran, borehan, tapihan, kembenan, atrap jamang dan sumping, serta dolanan ali-ali. Selain itu terdapat ragam gerak khusus dalam Golek Jangkung Kuning yang tidak ada dalam tari golek lain, di antaranya gerak mlampah glewang-glewang dan mlampah obah lambung megol. Ragam gerak tersebut bersifat erotis dan menawan.

Tata Busana

Karena awalnya ditarikan oleh pasindhen, penari Golek Jangkung Kuning menggunakan busana sederhana berupa nyamping, kebaya dan sanggul ukel tekuk.

Pada saat pertunjukan Langendriya, penari golek menggunakan busana senada dengan penari putri Langendriya, seperti memakai baju berlengan panjang, kain motif parang dengan kepala diberi hiasan berupa jamang model tinggi dengan bulu-bulu. Tata busana ini merupakan desain dari KRT Wiroguno.

Di kemudian hari, penari Golek Jangkung Kuning mengenakan busana berupa mekak, kemben atau semekan. Selain itu juga menggunakan kain motif parang, kepalanya menggunakan sanggul ukel tekuk dengan hiasan jungkat, mentul, bunga ceplok jebehan dan lancur (bulu burung kuntul). Aksesoris lain yang dapat diterapkan pada kepala berupa jamang dengan hiasan lancur.

Saat Beksan Golek masuk ke dalam keraton, busananya mengalami penyesuaian. Penari Golek menggunakan baju rompi, kain motif parang rusak, sondher cindhe, hiasan kepala berupa jamang lar, jungkat, cundhuk mentul, bunga ceplok jebehan, dan perhiasan lainnya seperti subang, kalung sungsun, kelat bahu,gelang serta slepe.


Daftar Pustaka
Sugimin. 2014. Perkembangan Garap Gending Jangkung Kuning. (Surakarta: Jurnal Keteg) Vol. 14 (1), 59-72
Sunarti. 1988. Gending Jangkung Kuning Ditinjau dari Garap Sindhen. Yogyakarta: Tugas Akhir Fakultas Kesenian ISI Yogyakarta
Wahyuni Rahayu, Eko. 1988. Analisis Bentuk dan Gaya Tari Golek Jangkung Kuning Gaya Yogyakarta. Yogyakarta: Tugas Akhir Fakultas Kesenian ISI Yogyakarta
Wawancara dengan Eko Wahyuni Rahayu pada 21 Februari 2021.