Peringati Kenaikan Takhta Sultan, Keraton Yogyakarta Gelar Tingalan Jumenengan Dalem Tahun Ehe 1956 J

Jelang Tingalan Jumenengan Dalem ke-35 atau peringatan hari kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10, Keraton Yogyakarta menggelar serangkaian agenda. Pada Sabtu Kliwon (18/02) atau 27 Rejeb Ehe 1956, sekelompok Abdi Dalem Keparak bertugas menyebar sesaji Bucalan. Bucalan merupakan prosesi penyucian atau pemberian sesaji ke tempat-tempat khusus agar prosesi Hajad Dalem ini berjalan dengan lancar. Sesaji Bucalan diantaranya berupa tumpeng kecil lima warna, serta aneka buah dan bunga. Setelah didoakan, sesaji Bucalan kemudian didistribusikan di dalam maupun di luar area keraton mulai pukul 07.00 WIB. Tugu Pal Putih, Panggung Krapyak, Kali Code, dan Kali Winongo adalah titik utama di luar tembok keraton yang menjadi tempat peletakan Bucalan. Sedangkan di dalam keraton ada sekitar 110 titik meliputi sudut-sudut, seperti sumber mata air dan regol (pintu gerbang).

Ngabluk 3

Setelah prosesi Bucalan selesai, agenda utama diawali dengan prosesi Ngebluk. Sebelum Ngebluk dimulai, Abdi Dalem Keparak terlebih dahulu membersihkan seluruh peralatan yang akan digunakan, termasuk menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan seperti tepung beras, gula, tape, dan air. Tepat pukul 10.00 WIB, Abdi Dalem Kanca Kaji membuka prosesi Ngebluk dengan memimpin doa di Bangsal Pengapit. Sesaat kemudian, GKR Mangkubumi segera memimpin proses Ngebluk di Bangsal Sekar Kedhaton, kompleks Keputren.

Ngabluk 4

Ngebluk adalah upacara pembuatan jladren (adonan apem) yang akan dimasak saat prosesi Ngapem. Istilah Ngebluk berasal dari suara “bluk bluk” yang ditimbulkan saat adonan diaduk secara manual dengan tangan di dalam pengaron. Ada dua jenis adonan apem yang dibuat, yaitu Apem Mustaka (apem besar) dan Apem Alit (apem kecil). Berpasang-pasangan, para Abdi Dalem Keparak secara serentak mencampur semua bahan hingga merata. Adonan yang sudah jadi lantas dimasukkan ke dalam dua enceh (tempayan). Enceh yang pertama berisi adonan untuk Apem Mustaka, sedangkan enceh kedua berisi adonan Apem Alit. Adonan yang telah ditutup rapat ini lantas didiamkan selama satu malam agar terjadi proses peragian sehingga adonan dapat mengembang. Ada empat orang Abdi Dalem Keparak Begananda yang bertugas semalaman menjaga adonan dalam kedua enceh.

Ngabluk 6

Masih bertempat di Bangsal Sekar Kedhaton, esoknya pada Minggu Legi (19/02) atau 28 Rejeb pukul 09.00 WIB, Prameswari Dalem GKR Hemas segera memimpin prosesi Ngapem. Kelima Putra Dalem Putri beserta 40 orang Sentana Dalem Putri hadir dalam upacara ini. Sebanyak 75 Apem Mustaka dibuat oleh Sentana Dalem Putri yang sudah menopause, sementara Permaisuri, Putra Dalem Putri, dan Sentana Dalem Putri lainnya membuat 600 Apem Alit. Prosesi Ngapem ini berlangsung hingga sore hari. Apem-apem yang sudah matang kemudian disimpan di dalam lemari khusus.

Ngabluk 5

Sekitar pukul 09.45 WIB, pada hari yang sama, Kawedanan Widya Budaya bersiap untuk melakukan pengarahan awal terkait niti lan nata ubarampe Labuhan. Hajad Dalem Labuhan pada tahun ini tergolong Labuhan Patuh atau tahunan, sedangkan Labuhan Ageng hanya dilaksanakan pada tahun Jawa Dal dan Wawu. 

Setelah pengarahan selesai, ubarampe Labuhan yang telah disiapkan kemudian diarak menuju Bangsal Manis, disusul sepuluh Abdi Dalem Mataya dari Kawedanan Kridhamardawa yang membawa Lorodan Ageman Dalem (busana Sultan) yang juga disiapkan sebagai ubarampe Labuhan. Secara teliti dan khidmat, KRT Rintaiswara memimpin persiapan niti lan nata ubarampe di Bangsal Manis. Setelah lengkap, seluruh ubarampe  dimasukkan ke dalam kotak kendhaka berwarna merah, selanjutnya disemayamkan semalaman di Gedhong Prabayeksa.

Sugengan 4

Rangkaian selanjutnya adalah Sugengan Tingalan Jumenengan Dalem yang dilaksanakan pada Senin Pahing pagi (20/02) atau 29 Rejeb, bertepatan dengan hari penobatan Sultan dalam kalender Jawa. Upacara Sugengan dimaksudkan untuk memohon kecemerlangan takhta dan agar Ngarsa Dalem senantiasa diberi kesehatan, keselamatan, serta panjang usia sehingga mampu mengayomi keluarga besar Keraton Yogyakarta, Abdi Dalem, dan masyarakat Yogyakarta. Prosesi Sugengan dihadiri oleh para Abdi Dalem perwakilan dari seluruh tepas dan kawedanan. 

Sugengan 2

Beragam hidangan serta sesaji disiapkan oleh Abdi Dalem Boja dari Pawon Sekullanggen dan Pawon Gebulen telah ditata dengan rapi di Tratag Bangsal Kencana. Dari dalam Gedhong Prabayeksa, menyusul Apem Mustaka dan Apem Alit diusung ke Tratag Bangsal Kencana beserta seluruh ubarampe Labuhan. Pukul 11.00 WIB, prosesi Sugengan dimulai, dipimpin oleh Para Putri Dalem serta diikuti oleh Abdi Dalem Kanca Kaji yang bertugas mendoakan Sugengan. Hidangan Sugengan kemudian dibagi-bagikan kepada seluruh Abdi Dalem yang hadir. Apem Alit juga dibagikan kepada kerabat dan Abdi Dalem sebagai simbol permohonan maaf atau ampunan. Sementara itu, Apem Mustaka dan ubarampe Labuhan kemudian dibawa ke Bangsal Srimanganti untuk diinapkan semalam. Pada keesokan harinya, seluruh ubarampe Labuhan diberangkatkan ke tiga lokasi prosesi Labuhan, yakni Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi, dan Gunung Lawu. Prosesi Labuhan ini kemudian menjadi puncak dari rangkaian peringatan Tingalan Jumenengan Dalem.

Sugengan 5