Tingalan Jumenengan Dalem ke-32: Penanda Keterbukaan Keraton Akan Perubahan Zaman

Setiap tahun, Keraton Yogyakarta memperingati Ulang Tahun Kenaikan Takhta (Tingalan Jumenengan Dalem) Sri Sultan Hamengku Buwono X. Agenda peringatan dilakukan utamanya berdasarkan kalender Jawa. Peringatan dilakukan setiap tanggal 29 Rejeb. Pada tahun 2021, Tingalan Jumenengan Dalem diselenggarakan untuk memperingati 33 tahun bertakhta Sri Sultan Hamengku Buwono X menurut kalender Jawa yang bertepatan dengan Sabtu, 13 Maret 2021 (29 Rejeb, Tahun Jimakir 1954). Sementara itu, berdasarkan tahun Masehi, Sri Sultan Hamengku Buwono X genap bertakhta selama 32 tahun pada tanggal 7 Maret 2021.

Guna memperingati agenda tersebut, Keraton Yogyakarta menggelar rangkaian upacara yang dilaksanakan sejak 27 Rejeb. Rangkaian Hajad Dalem peringatan Tingalan Jumenengan Dalem adalah sebagai berikut:

  1. Ngebluk: 27 Rejeb
  2. Ngapem: 28 Rejeb
  3. Sugengan: 29 Rejeb
  4. Labuhan Parangkusumo: 30 Rejeb
  5. Labuhan Lawu dan Labuhan Merapi: 1 Ruwah

Terkait adanya pandemi COVID-19, pelaksanaan seluruh rangkaian acara digelar dengan pembatasan, baik personel maupun tata cara pelaksanaan. Acara juga digelar secara tertutup atau tidak membuka akses untuk umum.

Penghageng Kawedanan Hageng Punokawan Parwabudaya, GKR Mangkubumi, menuturkan bahwa meski terdapat penyesuaian pada prosesi, makna dan esensi dari upacara tersebut tidaklah hilang. Upacara adat yang telah berjalan ratusan tahun lamanya, akan tetap berjalan sebagaimana mestinya walaupun dengan penyesuaian. Adanya kebijakan ini merupakan wujud konsistensi Keraton Yogyakarta melaksanakan tradisi dalam situasi apa pun.

“Seperti halnya pelaksanaan peringatan Tingalan Jumenengan Dalem tahun lalu, saat itu pandemi sudah ada. Pada saat itu, pelaksanaan Labuhan Lawu yang biasanya dilaksanakan sampai Hargo Dalem, disesuaikan hanya sampai di Cemoro Kandang. Meski demikian, ubarampe yang disiapkan beserta prosesinya tetaplah sama. Tahun ini, berbagai penyesuaian tetap dilakukan. Acara di luar Hajad Dalem seperti pameran dan simposium juga akan disesuaikan,” terang Gusti Mangku, sapaan akrab beliau.

GKR Mangkubumi selanjutnya menambahkan bahwa peringatan Tingalan Jumenengan Dalem (Ulang Tahun Kenaikan Takhta) Sri Sultan Hamengku Buwono X dimaknai tak hanya sebagai pertambahan periode kekuasaan saja, melainkan juga sebagai penanda bahwa zaman telah banyak berubah.

Menurut GKR Mangkubumi, pada kepimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono X, keraton senantiasa berupaya untuk dapat relevan dengan perkembangan zaman. “Teknologi berkembang, dan keraton menggunakannya untuk siar budaya yang lebih luas. Kekayaan budaya keraton baik benda maupun tak benda didokumentasikan agar masyarakat bisa mengenal, mempelajari, kemudian ikut menjaga. Hal-hal ini tentu membutuhkan dukungan dari siapa pun, termasuk tenaga Abdi Dalem yang memiliki keahlian namun tetap menjunjung tinggi adat dan budi pekerti,” jelas Gusti Mangku.

Selain itu, Gusti Mangku berharap, dengan semakin bertambahnya periode takhta Ngarsa Dalem, semakin banyak berkah yang terlimpah untuk Keraton Yogyakarta. “Sebagai seorang pemimpin, tentu kami semua berharap Ngarsa Dalem selalu dilimpahi kesehatan agar selalu bisa menjadi sosok yang Hamengku (melindungi), Hamangku (mengutamakan kepentingan rakyat, lebih banyak memberi daripada menerima), dan Hamengkoni (menguatkan). Semoga berkah juga selalu mengiringi Ngarsa Dalem dalam memimpin keraton, keluarga, dan masyarakat Yogyakarta dengan segala dinamikanya,” harap Gusti Mangku.

Selain adanya rangkaian upacara adat, peringatan Tingalan Jumenengan Dalem kali ini juga akan diisi dengan serangkaian kegiatan seperti pameran dan webinar terkait budaya keraton. Pada Sabtu (13/03) mendatang, bertepatan dengan hari penobatan Ngarsa Dalem menurut kalender Jawa, akan digelar pementasan Wayang Wong lakon “Pandawa Mahabhiseka” persembahan KHP Kridhomardowo. Tayangan premiere pementasan tersebut dapat disimak melalui kanal Youtube Kraton Jogja mulai pukul 19.00 WIB.