Gendhing Gati Taruna dan Gati Bhinneka

Sri Sultan Hamengku Buwono X kembali memprakarsai Gendhing Gati Yasan Dalem baru dalam rangka menyambut peringatan ke-92 Hari Sumpah Pemuda. Ngarsa Dalem kemudian Paring Dhawuh kepada KPH Notonegoro, Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Kridhomardowo, untuk menindak lanjuti dhawuh tersebut.

KPH Notonegoro kemudian nimbali (memanggil) dua orang Abdi Dalem Wiyaga, MW Susilomadyo dan RP Ngeksibrongto, untuk memulai proses penyusunan notasi gendhing. MW Susilomadyo ditugasi menganggit Gendhing Gati Taruna, sedangkan RP Ngeksibrongto menganggit Gendhing Gati Bhinneka.

Empat Sura 1954 Jimakir (23 Agustus 2020), lahirlah Gendhing Gati Taruna laras pelog, pathet enem. Beberapa hari kemudian tepatnya 9 Sura 1954 Jimakir (28 Agustus 2020), lahirnya Gendhing Gati Bhinneka laras pelog, pathet enem. Selanjutnya, KPH Notonegoro berkenan memberikan penilaian dan revisi terhadap kedua gendhing tersebut.

Nuansa agung, ceria, penuh ekspresi, semangat, dan gembira yang terpancar dari gendhing ini sesuai dengan judulnya, ‘taruna’, yang berarti para pemuda. Seperti Gendhing Gati Mardika, Gati Taruna diperkaya dengan aransemen instrumen tiup yang dibuat secara poliponik sehingga membentuk jalinan lagu sendiri. Jika dalam Gendhing Gati Mardika instrumen tiup hanya dibuat dalam satu suara, dalam Gendhing Gati Taruna aransemen instrumen tiup dibuat membentuk harmoni.

Gati Taruna memiliki tiga motif yang menyimbolkan tiga golongan pemuda (etnis Jawa, Nonjawa, dan keturunan) yang menyerukan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Tiga motif tersebut diwujudkan dalam melodi dan karakter garap gendhing.

Gendhing Gati Bhinneka memiliki aneka ragam irama dan melodi, terutama dalam instrumen tiupnya. Bhinneka berarti beraneka ragam. Tidak seperti gendhing pada umumnya yang diawali tabuhan bonang barung saja, buka Gati Bhinneka diisi oleh bonang barung yang dikombinasikan dengan balungan, mirip racikan Gendhing Sekaten. Setelahnya, dilanjutkan alunan alat tiup barat yang disertai buka kendang.

Komposisi lagu alat tiup barat dalam gendhing ini juga beraneka ragam, memadukan setiap jenis instrumen dalam harmoni. Kalimat lagu balungannya juga dipadukan dengan lagu alat tiupnya. Motif kendhangannya diciptakan khusus (pamijen) untuk gendhing tersebut, juga pola permainan tamburnya. Selain itu, juga terdapat penambahan instrumen khusus, seperti: ketipung, dogdog, dan kecer. Irama yang disajikan cenderung lebih cepat (seseg). Nuansa musikal yang ditimbulkan agung, berwibawa, namun diselipi corak riang gembira.

Gendhing Gati Taruna dan Gati Bhinneka ini diluncurkan kali pertama pada peringatan ke-92 Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2020, di Bangsal Mandalasana, Keraton Yogyakarta. Perpaduan irama gamelan dengan alat musik barat yang dihasilkan kedua gendhing ini diharap akan membawa energi yang dapat menumbuhkan atmosfer pembaharuan serta memperkokoh persatuan pemuda bangsa.

Gendhing Gati Taruna Laras Pelog, Pathet Enem, Kendhangan Ladrang Sabrangan, Kendhang Kalih.

Gati Taruna
Nama Gendhing Gati Taruna
Nama Laras Pelog
Nama Pathet Enem
Jenis Kendhangan Ladrang Sabrangan
Jenis Kendhang Kalih
Cara Menabuh Soran
Deskripsi Naratif

Bermakna para pemuda, gendhing ini mempunyai laras pelog dan pathet enem. Gendhing Gati Taruna memiliki 4 gongan dalam 1 ulihan. Strukturnya terdiri dari dua bagian, umpak dan ngelik. Bagian umpak dapat ditabuh berulang-ulang dan bagian ngelik hanya dimainkan satu kali. Gati Taruna merupakan Yasan Dalem Enggal (karya baru) Sri Sultan Hamengku Buwono X. Seperti Gendhing Gati Mardika, Gati Taruna diperkaya dengan aransemen instrumen tiup yang dibuat secara poliponik sehingga membentuk jalinan lagu sendiri. Jika dalam Gendhing Gati Mardika instrumen tiup hanya dibuat dalam satu suara, dalam Gendhing Gati Taruna aransemen instrumen tiup dibuat membentuk harmoni.

Gendhing Gati Bhinneka Laras Pelog, Pathet Enem, Kendhangan Ladrang Sabrangan Bhinneka, Kendhang Kalih.

Gati Bhinneka
Nama Gendhing Gati Bhinneka
Nama Laras Pelog
Nama Pathet Enem
Jenis Kendhangan Ladrang Sabrangan Bhinneka
Jenis Kendhang Kalih
Cara Menabuh Soran
Deskripsi Naratif

Bhinneka berarti beraneka ragam, gendhing ini mempunyai laras pelog dan pathet enem. Gendhing ini memiliki 5 gongan dalam 1 ulihan. Gati Bhinneka merupakan Yasan Dalem Enggal (karya baru) Sri Sultan Hamengku Buwono X. Gendhing Gati Bhinneka memiliki aneka ragam irama dan melodi, terutama dalam instrumen tiupnya. Tidak seperti gendhing pada umumnya yang diawali tabuhan bonang barung saja, buka Gati Bhinneka diisi oleh bonang barung yang dikombinasikan dengan balungan, mirip racikan Gendhing Sekaten. Setelahnya, dilanjutkan alunan instrumen tiup yang disertai buka kendang.


Sumber:
Wawancara dengan MW Susilomadyo pada 25 September 2020
Wawancara dengan RP Ngeksibrongto pada 27 September 2020