Beksan Jayenglaga

Sebet byar wau ta, Abdi Dalem Priyayi Konca Lurah Punakawan. Ingkang kakersakaken saos beksa. Wonten ing Ngarsadalem, dhasar sami agung nem karengga dening busana. Ambeg sami prakoseng jurit. Sareng majeng Ngarsadalem. Yen kinondha tan wonten pegate. Sebet byar wau ta Raden Jayenglaga ingkang majeng dhateng suramadyalaga, kapethuk lan Wong Agung Puserangin. Mraja Mondrasena. Sareng sampun sumekta sumedayanira, tindakira aplajengan.

Terjemahan: 

Syahdan tersebutlah para Abdi Dalem Priyayi Konca Lurah Punakawan. Yang diminta menari. Di hadapan sang Raja, semuanya muda dan luhur berbusana indah. Juga perkasa dalam peperangan. Bersama-sama mereka maju ke hadapan sang Raja. Jika diceritakan, tidak akan ada habisnya. Tersebutlah Raden Jayenglaga yang maju ke tengah pertempuran berhadapan dengan Prabu Mandrasena Wong Agung dari Puserangin. Setelah semuanya siap, mereka bergegas berangkat.

Beksan Jayenglaga Feb 2023 001

Kisah Beksan Jayenglaga 

Beksan Jayenglaga merupakan beksan kakung (tari putra) Yasan Dalem (karya) ketujuh Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Bernuansa lakon Panji, tarian ini perdana digelar dalam pertunjukan Uyon-Uyon Hadiluhung 6 Februari 2023 untuk memperingati Wiyosan Dalem (hari kelahiran Sri Sultan). 

Beksan bertemakan pertempuran ini menceritakan perseteruan Raden Jayenglaga dari Kerajaan Jenggala dengan Prabu Mandrasena dari Kerajaan Puserangin. Fragmen ini menyalin dari kisah Wayang Gedhog dalam manuskrip Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Lawung Ringgit”. Naskah tersebut ditulis pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792) dan menjadi koleksi British Library bernomor MSS Jav 4 serta berangka tahun 1782 (kemudian disalin kembali pada tahun 1804). 

Kisah tersebut diperinci kembali dalam Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Kuda Gadhingan” yang ditulis pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono V (1823-1855) dan menjadi koleksi Perpustakaan Kawedanan Widya Budaya bernomor W.8/B.26 dengan angka tahun 1847. 

Raden Jayenglaga merupakan putra raja sekaligus senapati perang Kerajaan Jenggala.  Pertempuran keduanya berawal saat Prabu Mandrasena berniat memperluas daerah kekuasaannya hingga Jenggala. Niat itu padam karena Prabu Mandrasena dikalahkan Raden Jayenglaga. Sama seperti yang dituliskan dalam naskah, pertempuran dalam Beksan Jayenglaga akhirnya dimenangi oleh Raden Jayenglaga.

Beksan Jayenglaga Feb 2023 002

Karakterisasi Tokoh 

Raden Arya Jayenglaga, kampuh jingga adi rinejeng rukmi. Rawis pinidih tri sungsun. Salira lir suwasa. Sinepuhan angrogok dedegereku. Kang warna lir Kakrasana. 

Wonten nalendra sudibya. Maharseng rana. Wirageng raras sumbaga. Ya mbekti saya sekti suraka. Tandya rumusak ing mengsah. Manduk manyakra, madhendha masireng bajra, madhendha masireng bajra.

Pasemonira Raden Jayenglaga, kadya Raden Kakrasana. Pasemonira Prabu Mondrasena, kadya Prabu Dasamuka.

Terjemahan:

Alkisah, Raden Arya Jayenglaga memakai kampuh jingga nan elok, dihiasi emas. Kumis bertumpuk tiga dihitamkan dengan pidih. Raga layaknya suasa, disempurnakan dengan postur ideal, seperti sang Kakrasana. 

Tersebutlah raja masyhur. Memimpin pertempuran. Gerak-geriknya sungguh menawan. Menjadi sesembahan, bersoraklah jika semakin kuat. Dengan cepat merusak barisan musuh. Menyerang dengan senjatanya, memukul layaknya petir, memukul layaknya petir.

Wajah Raden Jayenglaga seperti Raden Kakrasana. Sedangkan Prabu Mandrasena berwajah seperti Prabu Dasamuka.

Syair tersebut menyiratkan kedua tokoh memiliki aura sama kuat. Dalam tari, hal ini divisualisasikan dengan karakterisasi kalang kinantang yang berkesan tegas dan dinamis.  

Beksan Jayenglaga Feb 2023 003

Konsep Penyajian Tari

Beksan Jayenglaga mengambil konsep beksan sekawanan, sebuah tarian yang dibawakan oleh empat penari putra sekaligus memuat kemampuan teknis para penari. Dua penari berperan sebagai tokoh yang diceritakan dan dua penari lainnya berperan sebagai bayangan dari tokoh tersebut. Pola ini mengacu pada tari klasik gaya Yogyakarta, tetapi ditampilkan dengan interpretasi baru dan komposisi yang lebih segar. Rangkaian gerakannya terdiri dari maju gendhing, tari pokok, dan mundhur gendhing. Karena memuat kisah pertempuran, tari ini juga dilengkapi dengan adegan adu kekuatan dengan tombak sebagai senjata. 

Beksan Jayenglaga Februari 2023 008

Ragam Gerak 

Sesuai sifat patriotik tokohnya, beksan ini mengadaptasi tipe kalang kinantang. Ragam gerak tari topeng ditambahkan sebagai bentuk inovasi variasi. Ragam gerak tari lain yang juga dimasukkan di antaranya adalah ragam gerak dari Beksan Guntur Segara dan Tugu Wasesa yang diciptakan pada era Sri Sultan Hamengku Buwono I dan dipakai sebagai acuan beksan kakung. 

Berikut beberapa motif gerak yang dipakai pada Beksan Jayenglaga: kipat gajahan, usap suryan, ukel asta, ulap-ulap miring, dan ulap-ulap methok. 

Motif gerak dalam adegan peperangan awal lawaran (tanpa senjata) adalah sirig, nyriwing, nyrampang, adu kiwa, oncleng, nyekel pupu, dan kantaran bahu sirig. Motif gerak tari topeng pada beksan terlihat dalam kinantang topeng dan usap suryan topeng. Saat menggunakan tombak, penari menggunakan motif gerak oncleng, sirig, dan jeblosan.

Beksan Jayenglaga Februari 2023 006

Pola Lantai

Terdapat pola lantai level bawah, sedang, dan atas dalam Beksan Jayenglaga. Ini berarti, ada posisi dua penari jengkeng, sementara dua penari lainnya berdiri. Salah satu pola lantai yang khas adalah prapatan (perempatan); keempat penari berputar membentuk empat penjuru yang menunjukkan ketegangan kedua tokoh saat mengeluarkan kekuatan masing-masing. Selain itu, pola lantai prapatan dipengaruhi oleh keberadaan arsitektur bangunan atau jumlah tiang saka. 

Beksan Jayenglaga Februari 2023 007

Iringan Gendhing

Gendhing-gendhing yang digunakan dalam Beksan Jayenglaga kebanyakan berlaras Slendro Pathet Manyura. Komposisi iringannya meliputi Lagon Wetah, Lagon Ngelik, Ladrang Lengker, Kawin Sekar Pangkur Slendro Manyura Barang Miring, Rambatan Ganjur, Ladrang Sima Nebak Slendro Manyura Kendhangan Gati Bhineka, Kawin Sekar Gurisa, Ladrang Gangsaran Dirada Meta–Mawi Bedhugan, Ladrang Gangsaran Dirada Meta, Lancaran Jayenglaga, Plajaran Wetah, Rog-Rog Asem (Mentaraken Kawiragan Mawi Tombak), Ganjur (Sesegan Perang Tombak), Ladrang Lengker, serta ditutup Lagon Jugag.

Ciri yang khas adalah lantunan Ladrang Sima Nebak yang dibunyikan dengan Kendhangan Gati Bhineka. Selain itu, terdapat Lancaran Jayenglaga yang mengiringi adegan muryani busana. Ciri lainnya ada pada Gendhing Rog-Rog Asem yang digunakan untuk mengiringi permainan tombak. 

Beksan Jayenglaga Februari 2023 005

Tata Busana 

Busana yang dikenakan oleh penari dalam pertunjukan Uyon-Uyon Hadiluhung 6 Februari 2023 adalah busana gladhen (busana latihan), meliputi udheng berwarna hitam dengan sidhangan merah, lonthong merah, kamus motif untu walang, sondher gendhala giri hijau, nyamping motif larasati, dan celana panji merah. Properti yang digunakan adalah tombak luk dan lajer.

Beksan Jayenglaga diharapkan kembali memperkaya khazanah tari klasik gaya Yogyakarta. Sebagian motif gerak seperti sirig, nyriwing, nyrampang, oncleng, nyekel pupu, dan kantaran bahu sirig merupakan upaya rekonstruksi dari para guru tari di Keraton Yogyakarta. Langkah ini menjadi sarana edukasi kepada penari maupun masyarakat luas terkait ragam dan motif gerak tari kakung baik gagah maupun alus. 


Daftar Pustaka

Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Lawung Ringgit” (MSS Jav 4). Yasan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Koleksi British Library

Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Kuda Gadhingan” (W.8/B.26). Yasan Sri Sultan Hamengku Buwono V. Koleksi Kagungan Dalem Widya Budaya

MW Susilomadyo. 2023. Naskah Iringan Yasan Dalem Beksan Jayenglaga Laras Slendro Pathet Manyura kangge Ayahan Selasa Wagen 6 Februari 2023. Yogyakarta : Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Daftar Wawancara

Wawancara dengan KMT Suryawasesa pada 14 Januari 2023

Wawancara dengan RW Widodomondro pada 21 Januari 2023

Wawancara dengan MW Susilomadyo pada 24 Januari 2023

Wawancara dengan ML Nalaprasetya pada 24 Januari 2023