Beksan Suryawijaya

Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Ka 10, Suryaning Mataram, Senopati Ing Ngalogo, Langgenging Bawono Langgeng, Langgenging Tata Panotogomo, kembali menciptakan tari putra (beksan kakung) yang kedelapan. Kembali mengangkat kisah Panji, tarian ini diberi nama Beksan Suryawijaya, yang menggambarkan pertarungan antara Prabu Suryawijaya dari Kerajaan Ngurawan dengan Prabu Sukmaningkara dari Kerajaan Simbar Kencana. Beksan sekawanan ini pertama kali dipentaskan dalam pertunjukan Uyon-Uyon Hadiluhung 22 Mei 2023 untuk memperingati Wiyosan Dalem (hari kelahiran Sri Sultan).

Final

Alkisah, Prabu Suryawijaya, pemimpin Kerajaan Ngurawan berseteru melawan Prabu Sukmaningkara dari Kerajaan Simbar Kencana. Pertempuran ini bermula saat Prabu Sukmaningkara hendak memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Ngurawan. Perseteruan tersebut berakhir pur (seri). 

Beksan Suryawijaya menukil naskah yang sama dengan beksan kakung yang ditampilkan dalam Uyon-Uyon Hadiluhung sebelumnya, yaitu naskah Wayang Gedhog manuskrip Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Lawung Ringgit”. Manuskrip tersebut berangka tahun 1782 (kemudian disalin kembali pada tahun 1804). Naskah yang memuat rangkaian kisah Panji ditulis pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792) dan kemudian menjadi koleksi British Library bernomor MSS Jav 4. Kisah tersebut diperinci kembali dalam naskah yang berjudul Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Kuda Gadhingan” pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono V (1823-1855) dan menjadi koleksi Kagungan Dalem Widyabudaya bernomor W.8/B.26 dengan angka tahun 1847. 

Final 2

Konsep Beksan Suryawijaya

Beksan Suryawijaya berkonsep seperti Beksan Jebeng yang ditarikan oleh empat laki-laki (beksan sekawanan). Tarian ini juga menggunakan properti utama berupa jebeng (semacam perisai). Jebeng yang digunakan berwarna hitam dengan hiasan bulu merak bergambar tokoh wayang. Beksan ini berkarakter halus, tetapi dibawakan dengan sikap gagah, salah satunya karena penggunaan jebeng tersebut.

Penamaan sebuah tari biasanya bersumber dari nama tokoh yang ada di dalamnya, senjata yang digunakan, atau nama gendhing yang mengiringinya. Beksan Suryawijaya merupakan salah satu tari yang dinamakan berdasarkan tokohnya. Nama ini dipilih sebagai upaya memperkaya khazanah Beksan Jebeng. Meski demikian, terdapat satu tarian yang memang bernama Beksan Jebeng dan menceritakan kiprah Sri Sultan Hamengku Buwono I.  Berdasarkan interpretasi naskah, kedua tokoh bersifat luruh dan sama-sama berkarakter protagonis. 

Final 5

Konsep Penyajian Tari

Beksan Suryawijaya yang dikemas pada masa kini tidak sama dengan Beksan Jebeng terdahulu. Pada masa-masa awal, Beksan Jebeng hanya menggunakan Gendhing Ketawangan dan tidak disertai kakawin (lirik lagu). Beksan Suryawijaya merupakan pengembangan Beksan Jebeng yang disertai penonjolan kakawin dengan tokoh dari naskah Panji. 

Konsep penyajian Beksan Suryawijaya tidak melenceng jauh dari konsep beksan kakung sebelumnya. Bagian tari terdiri dari majeng gendhing, enjeran, perangan, dan mundur gendhing. Dalam beberapa bagian, penari berpindah tempat (disebut dengan istilah lintu enggen) dan wangsul enggen (kembali ke tempat semula). Ketika penari berputar ke kanan saat berpindah tempat, mereka membuat posisi lurus secara vertikal. Setelah itu, penari berpindah 45 derajat secara horizontal (menghadap arah utara dan selatan). Dalam gerakan perpindahan tersebut, para penari melakukan proses kicat, lalu kembali ke tempat masing-masing. Ragam gerak dan perpindahan posisi ini tidak terlepas dari pokok-pokok ketentuan beksan kakung. 

Komposisi Tari

Sebelum adegan peperangan, penari sudah menggunakan jebeng dalam mewarnai gerakan. Konsep ini mengambil sari-sari gerak gaya Mataraman pada masa lampau yaitu ndhadhap. Ketika memakai jebeng, ragam gerak penari disesuaikan. Contohnya, pada gerak usap suryan, penari cukup melakukan gerak kipat asta dengan satu tangan karena tangan lainnya memegang jebeng. Tarian ini juga banyak memakai ragam gerak kicat. Gerakan menangkis lawan yaitu adu kiwa tengen diinovasikan dari gerakan adu kiwa dan adu tengen yang sudah familier dalam tari klasik gaya Yogyakarta.

Beberapa ragam gerak lainnya adalah sedhuwa, tanggap asta, impur, pendhapan, lampah ukel asta, gidrah, ongkek mlampah, kicat lintu enggen, kipat asta kengser, encot-encot, pudhak mekar, kicat wangsul enggen, nggrudha, panggel, dan ndhadhap.

Dalam beksan ini, terdapat dua macam perang yaitu perang alus dan perang nyata. Perang alus merupakan perang yang memiliki irama halus dan tidak tergesa-gesa. Sebaliknya perang nyata ditampilkan dalam gerak yang lebih dinamis. Perang alusan menggunakan ayak-ayak dan srepegan sebagai gendhing yang mengiringinya. Sementara, perang nyata menggunakan gendhing plajaran. Perang alus dilakukan sebelum perang nyata. Setelah perang nyata selesai, tarian diakhiri dengan mundhur gendhing. 

Iringan Gendhing

Gendhing-gendhing yang digunakan dalam Beksan Suryawijaya kebanyakan berlaras Pelog Pathet Nem. Komposisi iringannya meliputi Lagon Wetah, Lagon Ngelik, Ladrang Gonjang-Ganjing, Kawin Sekar Dhandhanggula, Lancaran Suryawijaya, Kawin Sekar Gurisa, Ketawang Larasmara, Kawin Curiga, Ayak-Ayak, Ladrang Gonjang-Ganjing, dan Lagon Jugag. 

Final 6

Tata Busana 

Busana yang dikenakan penari dalam pertunjukan Uyon-Uyon Hadiluhung 22 Mei 2023 merupakan busana gladen (busana latihan), meliputi sinjang bermotif kawung ceplok mangkara, kamus untu walang, bara, lonthong abrit (warna merah), sondher gendhala giri abrit, dan blangkon cemeng (warna hitam) dengan tengahan/sidhangan warna merah. Para penari juga menggunakan dua senjata yaitu jebeng dan keris.

Beksan Suryawijaya merupakan salah satu dari deretan tari baru pada masa Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Inovasi tari yang dilakukan rutin oleh Keraton Yogyakarta dewasa ini bukanlah proses yang sederhana. Interpretasi manuskrip sebagai sumber inspirasi pencipataan tari masih berlangsung hingga saat ini. Karya yang dihadirkan bersifat agung sebagai tipikal khas karya seni kerajaan. Ini merupakan upaya untuk melahirkan dan merawat karya-karya agung bermakna filosofis tinggi, tetapi tetap relevan dengan masa kini. 


Daftar Pustaka

Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Lawung Ringgit” (MSS Jav 4). Yasan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Koleksi British Library

Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Kuda Gadhingan” (W.8/B.26). Yasan Sri Sultan Hamengku Buwono V. Koleksi Kagungan Dalem Widyabudaya

MW Susilomadyo. 2023. Naskah Iringan Yasan Dalem Beksan Suryawijaya kangge Ayahan Selasa Wagen 22 Mei 2023. Yogyakarta : Kawedanan Kridhomardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

 

Daftar Wawancara

Wawancara dengan RW Rogomurti (Pamucal Beksa) pada 22 Mei 2023

Wawancara dengan RW Ronosumekto (Kanca Kagunan) pada 8 Mei 2023

Wawancara dengan MW Susilomadyo (Panata Gendhing) pada 8 Mei 2023