Bangunan-Bangunan Tamansari

Pada masa lalu, kompleks Tamansari menempati wilayah seluas 10 hektar dan terdiri dari 57 bangunan. Kini kompleks ini sudah jauh berkurang luasnya, sebagian besar dijadikan hunian oleh warga setelah gempa besar meruntuhnya bangunan-bangunannya. Sebagian lagi kini dilestarikan sebagai obyek wisata.

Bangunan-bangunan tersebut adalah,

4.8.2 Pulo Kenanga
Sisa bangunan Pulo Kenanga atau yang kadang diset sebagai Pulo Cemeti

 

Pulo Kenanga

Pulo Kenanga, atau dikenal juga sebagai Pulo Cemeti, adalah sebuah pulau buatan yang berada di tengah-tengah segaranSegaran berasal dari kata dasar segara yang berarti laut, kata segaran sendiri bermakna laut buatan. Di segaran ini selain ditebar berbagai jenis ikan, juga dimanfaatkan untuk kerabat kerajaan bermain sampan. Kini lokasi segaran telah menjadi Pasar Ngasem dan pemukiman penduduk.

Di Pulo Kenanga ini pula didirikan sebuah gedung berlantai dua yang dikelilingi tanaman kenanga (Cananga odorata), dinamakan dengan Gedhong Kenanga. Posisinya cukup tinggi, membuat orang dapat mengamati kawasan Keraton Yogyakarta dari atasnya. Gedung inilah yang dari kejauhan tampak mengambang di atas air sehingga memunculkan istilah Istana Air (Water Castle).

Di sebelah selatan Pulo Kenanga, menyembul bangunan-bangunan kecil yang disebut dengan Tajug. Bangunan kecil ini adalah ventilasi udara untuk terowongan bawah air, jalan masuk menuju Pulo Kenongo tanpa menggunakan sampan.

Pulo Panembung

Pulo Panembung merupakan pulau buatan yang berada di sebelah selatan dari Pulo Kenanga. Di sini terdapat bangunan berlantai dua yang disebut Gedhong Panembung, tempat Sultan berkontemplasi dan bermeditasi, memohon kepada Yang Maha Kuasa. Panembung sendiri berasal dari kata nembung, atau memohon. Di bangunan ini terdapat sebuah sumur yang menggantung di atas tanah, sehingga disebut juga Sumur Gumantung.

Sumur Gumuling

Sumur Gumuling terletak di sebelah barat dari Pulo Kenanga, dari luar tampak sebagai menara bulat di tengah air. Bangunan ini berfungsi sebagai masjid dan hanya bisa dicapai melalui terowongan bawah air, atau disebut urung-urung. Terdapat dua buah lantai yang masing-masing memiliki ceruk di dinding yang berfungsi sebagai mihrab, tempat imam memimpin ibadah. Di pusat bangunan ini terdapat empat buah undakan yang bertemu di tengah. Dari pertemuan undakan ini terdapat lagi satu tangga menuju lantai dua. Di bawah pertemuan inilah terdapat kolam kecil yang dulu dipergunakan untuk berwudhu.

4.8.3 Sumur Gumuling
Bagian dalam Sumur Gumuling

 

Gedhong Gapura Hageng

Gedhong Gapura Hageng atau Gapura Agung dahulu merupakan pintu gerbang utama Tamansari. Gerbang ini berhiaskan relief burung dan bunga yang merupakan candra sengkala Lajering Kembang Sinesep PeksiSengkalan memet tersebut menunjuk tahun pembuatan Tamansari, tahun 1691 Jawa atau tahun 1765 Masehi. Di balik gapura terdapat tangga yang menuju ke pelataran di atas gedhong. Dari pelataran ini bisa terlihat pemandangan di bawah gapura. Pintu gerbang ini semula berhiaskan patung empat ekor naga yang ekornya saling melilit. Patung ini merupakan sengkalan memet yang berbunyi Catur Naga Rasa Tunggal, merujuk tahun 1684 Jawa sebagai tahun pendirian gapura tersebut.

Gedhong Lopak-Lopak

Dari Gapura Agung ke timur, terdapat pelataran berbentuk segi delapan. Pada masa lalu, terdapat menara pengawas berlantai dua di tengah pelataran ini. Menara tersebut bernama Gedhong Lopak-lopak. Di sekelilingnya ditempatkan pot-pot bunga besar, juga kebun buah dan bunga-bungaan.

Pasiraman Umbul Binangun

Pasiraman ini merupakan kolam pemandian bagi Sultan, para istri serta para putri keraton. Di area ini terdapat tiga buah kolam yang dihiasi dengan tempat keluarnya mata air berbentuk jamur. Ketiga kolam yang membujur dari utara ke selatan tersebut masing-masing bernama Umbul Kawitan, berfungsi sebagai tempat pemandian para putri raja, Umbul Pamuncar, tempat pemandian istri dan selir raja, serta Umbul Panguras, yang merupakan kolam khusus untuk sang raja.

Di antara Umbul Pamuncar dan Umbul Panguras terdapat bangunan menara yang dahulu hanya boleh dinaiki oleh Sultan. Dari menara tersebut, Sultan dapat melihat pemandian Umbul Panguras dari jendela. Dalam kompleks pemandian ini terdapat pula bilik-bilik tempat bagi puteri dan istri raja berganti pakaian dan beristirahat.

Gedhong Sekawan/Gedhong Sedah Mirah

Di sebelah timur Umbul Binangun, terdapat lagi sebuah halaman berbentuk segi delapan dengan empat buah bangunan yang serupa. Bangunan yang disebut Gedhong Sekawan ini merupakan tempat istirahat Sultan dan keluarganya.

Gedhong Gapura Panggung

Di sebelah timur Gedhong Sekawan, terdapat sebuah bangunan yang juga berfungsi sebagai gerbang. Di bagian atas dari gapura ini terdapat sebuah panggung menghadap ke barat, tempat raja duduk mendengarkan bunyi gamelan atau menyaksikan pertunjukan di pelataran belakang gapura. Panggung ini dapat dicapai melalui tangga di sisi kanan maupun kiri gapura. Masing-masing sisi tangga ini dihiasi oleh relief/patung naga, yang merupakan sengkalan memet Catur Naga Rasa Tunggal, menunjuk pada tahun 1684 Jawa atau 1758 Masehi. Gapura ini kini menjadi pintu masuk bagi obyek wisata Tamansari.

Gedhong Pangunjukan/Gedong Patehan

Bangunan ini terletak di sebelah kanan dan kiri jalan menuju Gapura Panggung. Gedung yang terdiri dari dua buah bangunan identik ini berfungsi sebagai tempat para Abdi Dalem menyiapkan minuman untuk sultan dan keluarganya.

Gedhong Temanten

Di dekat Gedhong Pangunjukan, terdapat dua bangunan identik yang disebut sebagai Gedhong Temanten. Gedung ini diibaratkan seperti sepasang pengantin, atau temantenGedhong Penganten berfungsi sebagai tempat piket jaga Abdi Dalem.

Gedhong Gandek

Bangunan ini berfungsi sebagai tempat kurir menghadap. Lokasi bangunan ini terdapat di tengah-tengah perempatan jalan. Bangunan ini sekarang sudah tidak ada lagi.

Gerbang Seketeng

Gerbang Seketeng terletak di sebelah selatan Gedhong Gandek, gerbang ini sekarang sudah tidak ada lagi. Gerbang ini dulunya berfungsi sebagai tempat penjagaan.

Gumuk Pemandengan

Gumuk Pemandengan merupakan bukit yang dibangun di dekat Gedhong Gandek. Bukit buatan ini berfungsi sebagai tempat pengawasan. Saat ini Gumuk Pemandengan sudah tidak nampak bekasnya sama sekali.

Gedhong Carik

Gedhong Carik terletak di selatan Umbul Binangun, bentuknya berupa lorong dengan dua ruang di kanan kirinya. Gedhong ini sekaligus berfungsi sebagai jalan masuk ke Pasarean Ledhok Sari. Sesuai namanya, gedung ini tempat dimana para carik (juru tulis) bertugas.

Gedhong Madaran

Setelah menuruni anak tangga pada Gedhong Carik, di sebelah selatan akan ditemukan bangunan yang disebut sebagai Gedhong Madaran. Tempat ini berfungsi sebagai dapur, tempat memasak santapan untuk Sultan dan keluarganya.

Pasareyan Ledhoksari

Pasarean atau Pesanggrahan Ledhoksari adalah tempat di mana Sultan beristirahat. Ornamen di bangunan ini didominasi oleh ornamen gaya eropa. Di dalam bangunan berbentuk U ini terdapat tempat tidur Sultan yang di bawahnya terdapat aliran air. Keberadaan alur aliran air dan ventilasi di bangunan ini menunjukkan teknologi pendinginan alami yang memungkinkan suasana sejuk meskipun cuaca sedang panas.

Gedhong Blawong

Gedhong Blawong berada di dekat Pasarean Ledhoksari, bangunan ini memiliki fungsi sebagai tempat menyiapkan makanan yang akan disajikan untuk Sultan dan keluarganya selama mereka berada di Pasarean Ledhoksari.

Gedhong Garjitawati

Gedhong Garjitawati terletak di sebelah timur Gedhong Madaran, 20 meter di selatan Gedhong Carik. Terdapat pemandian di sisi selatan gedung ini yang berfungsi sebagai tempat pemandian para Abdi Dalem perempuan. Gedung ini kini hanya tersisa tembok bagian bawah saja.

Gapura Umbulsari

Gapura Umbulsari terdapat di sebelah selatan Pasarean Ledhoksari. Merupakan pintu masuk ke arah Pasiraman Umbulsari. Ornamen yang terdapat di sini juga banyak yang bergaya Eropa. Saat ini Gapura Umbulsari menjadi bagian dari pemukiman warga.

Pasiraman Umbul Sari

Terdapat sebuah hiasan berupa patung naga di sisi utara Pasiraman Umbul Sari membuat pemandian ini juga dikenal sebagai Pasiraman Naga. Tempat pemandian ini dikelilingi oleh pagar tembok yang tebal dan tinggi. Pasiraman yang terletak di selatan Pasarean Ledhoksari ini mempunyai sumber mata air (umbul) sendiri.

Pongangan Peksi Beri/ Pongangan Barat

Pongangan Peksi Beri merupakan dermaga tempat sampan dari segaran berlabuh, terutama bagi Sultan dan kerabatnya. Di atas atap bangunan ini terdapat hiasan burung beri, sejenis burung mitologi berwujud rajawali berukuran besar.

Pongangan Timur

Pongangan Timur merupakan dermaga yang berada di sebelah timur Pongangan Peksi Beri. Dermaga ini digunakan khusus untuk Abdi Dalem yang bertugas di Tamansari.

Gapura Kenari

Gapura Kenari berada di ujung timur kawasan Tamansari, gerbang ini dulunya berfungsi sebagai pintu belakang taman. Saat ini lokasi Gapura Kenari menjadi jalan masuk menuju obyek wisata Tamansari dari Jalan Tamanan.

Pulo Gedhong

Pada masa lalu, terdapat satu lagi segaran dengan pulau buatannya di sebelah timur Plataran Kamandhungan Kidul. Konon pulau buatan tersebut disebut sebagai Pulo Gedhong, atau dikenal juga sebagai Pulo Kinupeng. Sedang bangunan yang berdiri di atasnya disebut Gedhong Gadhing. Bangunan ini menjulang tinggi sehingga juga disebut sebagai Menara Kota. Tempat ini sekarang telah berubah menjadi pemukiman penduduk, namun lokasinya masih dikenal sebagai Kampung Segaran.

Walaupun memiliki fungsi utama sebagai tempat rekreasi, Tamansari tetap memiliki fungsi-fungsi lain. Fungsi-fungsi itu bisa dilihat dari bangunan-bangunan yang ada. Seperti fungsi pertahanan ataupun fungsi administratif kerajaan saat sultan sedang tinggal di Tamansari.

4.8.5 Denah Bangunan
Denah kompleks Tamansari

 


Daftar Pustaka:
Babad Mangkubumi
Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. 2014. Mosaic of Cultural Heritage Yogyakarta. Yogyakarta: Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta.
Ki Sabdacarakatama. 2009. Sejarah Keraton Yogyakarta. Yogyakarta: Penerbit Narasi.
Joao Campos. 2006. Globalisation and Empires: Shared Architectures from Portuguese Origin, Conference at The Faculty of Architecture, National Technical University of Athens.
Lombard, Denys. 2005. Nusa Jawa: Silang Budaya dan Warisan-warisan Kerajaan Konsentris. Jakarta: Gramedia.
Sukirman Dharmamulja. 1988. Mengenal Sekilas Bangunan Pesanggrahan Taman Sari Yogyakarta. Jakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.